Ada istilah Inggris, “stumbling on happiness”. Sesuatu yang sempat membuat kita memaki atau kebingungan, tapi kemudian menerbitkan senyum.
—Twitter, 21 September 2015
“Stumbling on happiness” mungkin semacam kaki yang tersandung hingga sakit, tapi mengarahkan mata kita pada emas yang sebelumnya tak tampak.
—Twitter, 21 September 2015
Melamar kerja ditolak karena ijazah tidak memadai, lalu penolakan itu membuat kita kerja mandiri, dan sukses. Itu “Stumbling on happiness”.
—Twitter, 21 September 2015
Ingin pergi tapi ada halangan. Ternyata hari itu ada famili jauh yang datang, membawa kabar baik. Itu pun “stumbling on happiness”.
—Twitter, 21 September 2015
Istilah Jawa yang mendekati “stumbling on happiness” mungkin “ndilalah”. Meski “ndilalah” bisa bermakna ganda; positif dan negatif.
—Twitter, 21 September 2015
Jika diingat-ingat, banyak hal penting dalam hidupku yang rusak dan berantakan (tapi kemudian membuatku tersenyum) karena “ndilalah”.
—Twitter, 21 September 2015
Pernah ingin pergi ke suatu tempat, tapi berkali-kali gagal dengan berbagai alasan. Lama kemudian, aku bersyukur karena kegagalan itu. #SoH
—Twitter, 21 September 2015
Dua kali gagal pacaran, dan sempat membuat kecewa. Bertahun kemudian, aku menyadari kegagalan itu sekarang justru membuatku bersyukur. #SoH
—Twitter, 21 September 2015
Setiap tahun, aku beli baju baru untuk sesuatu. Tapi sesuatu yang ingin kulakukan tak pernah terwujud. Selalu ada sebab, alasan, ndilalah.
—Twitter, 21 September 2015
Melakukan hal mudah sebenarnya sangat mudah. Tapi yang mudah bisa menjadi tidak mudah, bahkan sangat sulit, karena “ndilalah”.
—Twitter, 21 September 2015
Meski menjengkelkan dan mengecewakan, “ndilalah” telah menunjukkan kepadaku, bahwa ia teman yang baik. Semacam “stumbling on happiness”.
—Twitter, 21 September 2015
Sekarang, setiap kali menghadapi kekecewaan, aku belajar untuk berbesar hati. Yang mengecewakan hari ini mungkin kusyukuri di suatu hari.
—Twitter, 21 September 2015
“Ndilalah” mengajariku berbaik sangka pada takdir, pada kehidupan. Seperti “stumbling on happiness” yang membuat kita kesandung kebahagiaan.
—Twitter, 21 September 2015
Kalau kau menyatakan cinta pada seseorang dan ditolak, belum tentu kau tidak layak untuknya. Bisa jadi, dia yang justru tidak layak untukmu.
—Twitter, 21 September 2015
Dalam hidup, aku masih bisa mengingat bahwa hal-hal terbaik yang kucapai berawal dan berasal dari penolakan, kekecewaan, dan keputusasaan.
—Twitter, 21 September 2015
Masing-masing kita akan kesandung kebahagiaan. Mungkin sakit, luka, dan berdarah. Tapi bertahun kemudian itu menjadi sakit dan luka terbaik.
—Twitter, 21 September 2015
*) Ditranskrip dari timeline @noffret.