Senin, 10 September 2018

Tidak Usah Banyak Dalih, Faktanya Utang Kita Menumpuk!

Gambar ini adalah posisi/besaran utang negara-negara di dunia. Saat melihat gambar ini, aku tidak bertanya "di mana posisi Indonesia", karena itu pertanyaan yang tidak adil. Ketika melihat gambar ini, yang kupikirkan, "Bagaimana bisa seluruh negara di dunia punya utang?"

Tidak Usah Banyak Dalih, Faktanya Utang Kita Menumpuk!

Membandingkan utang Indonesia dengan utang-utang negara lain adalah perbandingan yang tidak adil, dan itu pula kampanye busuk yang selama ini dikoar-koarkan sebagian pihak. Utang berbanding lurus dengan kemampuan membayar, bukan dengan pihak lain yang sama-sama berutang.

Jika tweet barusan dianggap membingungkan, mari gunakan analogi sederhana. Si A punya utang 10.000, dan punya aset 1.000.000. Sementara Si B punya utang 1.000, dan punya aset 6.000. Dalam angka, utang Si A jauh lebih besar. Tapi dalam realitas, justru utang Si B yang lebih besar.

Membandingkan utang Indonesia dengan utang Amerika atau Jepang dengan dalih "utang mereka lebih besar" adalah perbandingan yang tidak adil sekaligus tendensius. Bukan besaran utang yang perlu diperhatikan, tapi kemampuan membayar yang patut dipikirkan. Mosok ngene wae ora paham?

Kalau aku punya utang 1 juta, misal, aku tak akan pusing, karena kapan pun bisa membayar. Tapi tetanggaku mungkin tak bisa tidur karena punya utang 100.000, karena tak bisa bayar. Jika tetanggaku bisa enteng mengatakan, "Tak perlu pusing, dia aja punya utang 1 juta," itu konyol.

Terkait utang (termasuk utang Indonesia, tentu saja) ingatlah selalu rumus ini: Jumlah utang berbanding lurus dengan kemampuan membayar, bukan dengan pihak lain yang sama-sama berutang. Melanggar rumus ini sama artinya membodohi diri sendiri (dan orang lain, kalau kau koar-koar).

Kalau kau berdebat dengan orang yang mencoba mempengaruhimu bahwa utang Indonesia "tidak seberapa" dan semacamnya, dan kau ingin mengalahkannya, tanyakan ini, "Sebenarnya, kepada siapa Indonesia (dan negara-negara lain) berutang?" Tak peduli sepintar apa pun, dia akan kelabakan.

Jangankan orang awam, bahkan Sri Mulyani pun akan kelabakan jika ditanya, "Kepada siapa sebenarnya Indonesia (dan negara-negara lain) berutang?"

Untuk bisa menemukan pertanyaan itu, apalagi untuk menjawabnya, kau harus membaca setidaknya 2.000 buku. Dan kau tahu aku serius.


*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 6 Juni 2018.

 
;