Temanku, @SofwananismM, sudah menikah beberapa tahun. Dan di mana-mana selalu ada orang bertanya kepada dia atau istrinya, mengenai kapan punya anak, sampai menyuruh keduanya untuk "berikhtiar ke orang pintar", seolah tidak/belum punya anak adalah kesalahan.
Itu memang "penyakit sosial" masyarakat Indonesia, mengira (bahkan meyakini) semua pasangan pasti ingin punya anak. Padahal ada pasangan-pasangan yang memang tidak ingin punya anak, dengan berbagai alasan. Empati sepertinya bukan kebiasaan bangsa kita.
Adik perempuanku sudah menikah dan punya satu anak. Di mana-mana, selalu ada orang yang ribet bertanya, "Kapan nambah anak?" Bukan hanya bertanya, mereka sampai "memotivasi" adikku dengan aneka iming-iming yang terdengar seperti orang MLM memprospek calon downline.
Sementara aku, yang masih lajang, ke mana-mana selalu menerima pertanyaan "kapan kawin?"
Kepada orang-orang yang suka bertanya kapan kawin, kapan punya anak, atau kapan nambah anak, aku ingin bertanya, "Kapan kamu akan mati?"
In the end, itulah kenapa aku hanya akan duduk manis sambil udud, jika Thanos benar-benar muncul untuk memusnahkan separo populasi. Bumi akan menjadi tempat lebih baik kalau idiot-idiot yang tak bisa menjaga etika dan cocotnya musnah—setidaknya setengah dari mereka.
Yang menjadikan hidup ini berat sebenarnya bukan hidup itu sendiri, melainkan tuntutan masyarakat. Dan memenuhi tuntutan masyarakat tidak akan pernah selesai, bahkan setelah kita mati.
*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 13 November 2018.