Rabu, 02 Maret 2011

Setahap demi Setahap



Apabila kita menangkap seekor katak yang cerdas, kemudian memasukkannya ke dalam ember berisi air mendidih, bagaimana reaksi katak itu? Ia akan langsung melompat!

Tapi coba tangkaplah lagi, kemudian masukkan ke dalam panci berisi air dingin. Letakkan panci itu di atas kompor, lalu panaskan pancinya. Apa yang akan terjadi? Katak itu semula memang tenang-tenang saja, tetapi beberapa menit kemudian, dia akan merasakan perubahan suhu dan merasakan tubuhnya menjadi hangat. Dan dalam sekejap kemudian, katak itu pun terebus matang.

Begitulah cara hidup ini berjalan—begitulah segala sesuatu terjadi pada diri kita. Setahap demi setahap. Tahapan itu seringnya berjalan dengan amat halus sehingga kita nyaris tak merasakannya.

Kalau suatu hari kita bangun tidur dengan perut yang tiba-tiba membuncit, dan mendapati berat tubuh kita tiba-tiba bertambah tiga puluh kilo, apa yang akan kita lakukan? Tentu segera menghubungi dokter dengan kepanikan dan kecemasan.

Tapi coba apabila berat badan itu bertambah secara bertahap, setengah kilo di bulan ini, lalu sekilo di bulan mendatang, lalu setengah kilo di bulan depannya lagi, kita pun biasanya akan tenang-tenang saja, hingga suatu hari saat segalanya telah menjadi terlambat, kita hanya bisa bingung, cemas, bahkan panik dan dengan ‘lugu’ bertanya, “Apa yang terjadi pada diriku?”

Kehidupan yang kita jalani ini berjalan setahap demi setahap, peristiwa demi peristiwa. Dan apabila kita tidak waspada dengan setiap perubahan yang ditunjukkannya, kita pun akan terkejut bila nanti melihat dan menemukan hasilnya.


 
;