Sabtu, 13 Februari 2010

Tiga Bab Tentang Orang Lain



Bab I

Perjalanan hidup yang terkadang begitu berat dan melelahkan ini seringkali menyadarkan kita akan arti pentingnya kehadiran orang lain. Keberadaan sahabat di sekeliling kita bisa memberikan motivasi saat kita mulai menyerah, meringankan beban batin saat kita dirundung duka, serta melengkapi kebahagiaan saat kita meraih cita-cita.

Begitu pentingnya orang lain dan arti persahabatan ini, sampai-sampai Samuel Johnson mengatakan, “Saya menganggap hari dimana saya tak berhasil membina suatu persahabatan baru sebagai hari yang hilang percuma…dan membiarkan persahabatan mati serta mendiamkannya jelas tidak bijaksana. Ini berarti, dengan sengaja kita membuang satu hal yang sebenarnya bisa merupakan hiburan dalam perjalanan hidup yang meletihkan ini.”


Bab II

Ketika mendengar seorang kenalan, sahabat, tetangga atau kerabat kita yang meninggal dunia, biasanya yang kemudian meluncur dari bibir kita adalah ucapan berduka. Setelah itu, kita pun biasanya jadi teringat segala kebaikan orang yang telah meninggal itu; tentang keramahannya, tentang sifat pemurahnya, tentang kesetiaannya dan tentang segala hal yang baik dari orang itu. Dan kita pun memujinya. Saya belum pernah mendengar ada orang yang menjelek-jelekkan seseorang yang baru saja meninggal. Selalu terdengar pujian untuk orang yang telah meninggal.

Tetapi, apakah kita harus selalu menunggu seseorang meninggal terlebih dulu hanya untuk memujinya? Rasanya, segala pujian itu akan lebih berharga ketika disampaikan pada saat orang tersebut masih hidup.


Bab III

Ada orang yang di mata kita baik, ada pula orang yang kita anggap buruk. Ini menyangkut penilaian-penilaian yang biasa menghiasi hidup kita. Ketika ada seseorang yang datang menawarkan suatu kebaikan, kita akan langsung menganggapnya baik, begitu pula ketika seseorang datang dengan membawa sesuatu yang tidak kita sukai, kita pun secara otomatis menganggapnya tidak baik.

Penilaian baik dan buruk seperti itu sebenarnya sesuatu yang subjektif, karena seseorang tidak bisa dinilai secara bagian perbagian seperti itu. Kalau kau diminta untuk menuliskan bagian-bagian yang baik tentang seseorang, kau akan bisa menuliskannya dengan lancar sebagaimana jika kau diminta untuk menuliskan bagian-bagian yang buruk dari seseorang. Bukankah begitu...?


Penutup

Pada dasarnya setiap orang baik, hanya saja kadangkala sesuatu dari dia tidak kita sukai. Kita mungkin saja bisa dengan kukuh mengatakan bahwa orang itu buruk, jahat dan tidak baik. “Itu realitas!” Kita bisa begitu yakin. Padahal, itu hanyalah “realitas” yang kita ciptakan sendiri.


 
;