Sabtu, 06 Februari 2010

Keyakinan yang Keliru



Pernahkah kau menyadari, atau setidaknya membayangkan bagaimana akibat dari sebuah keyakinan yang salah atau keliru? Dari begitu banyak kasus yang pernah terjadi, kita bisa menyaksikan banyak orang yang terbunuh hanya karena keyakinan yang salah. Contoh paling nyata dari hal ini adalah tenggelamnya kapal Titanic yang telah menewaskan 1513 orang hanya karena keyakinan yang salah ini.

Titanic mulai berlayar pada bulan April 1912. Kapal super besar ini dirancang sebagai kapal yang tak mungkin tenggelam; terbuat dari baja, serta memiliki dasar ganda dan 16 kompartemen anti bocor. Hampir semua orang yakin bahwa ini kapal paling aman yang pernah dibuat, dan keyakinan inilah yang dipegang teguh oleh perancangnya, ahli mesinnya, karyawannya, ABK kapal, pemilik, dan penumpang, termasuk pula sebagian besar masyarakat umum. Keyakinan bahwa Titanic tidak akan pernah tenggelam inilah yang membawa kapal ini ke akhir yang tragis.

Titanic berangkat dari Inggris bertujuan untuk memecahkan rekor berlayar, dengan tujuan ke New York City. Umumnya, kapal yang berlayar di lautan membawa jumlah sekoci untuk menampung semua yang ada di kapal. Tapi tidak untuk Titanic. Kapal ini hanya membawa sekoci yang hanya mampu memuat sepertiga dari seluruh penumpang. Dan lagi, tidak ada alat yang praktis untuk digunakan evakuasi. (Sekali lagi, mereka sudah terlalu yakin bahwa kapal ini tidak mungkin tenggelam; jadi untuk apa mempersiapkan alat-alat penyelamatan?).

Log kapal awalnya mencatat peringatan akan adanya gunung es dalam steamer lane dalam waktu tiga hari mendatang. Pesan ini tidak digubris. Peringatan kedua dikirimkan, namun sang operator radio tidak memberi tanggapan juga. Mereka tetap teguh dalam keyakinan bahwa Titanic yang super besar ini tidak mungkin tenggelam.

Peringatan berikutnya muncul beberapa jam kemudian, namun kapten kapal ataupun manajernya tidak juga khawatir. Titanic sedang melaju penuh dengan kecepatan 22 knot per-jam. Menjelang pukul 21:30 malam, Titanic merekam lima peringatan akan kehadiran gunung es, dengan laporan terakhir yang menyebutkan kapal akan mengalami tabrakan. Tapi tindakan waspada yang dilakukan hanyalah menyuruh penjaga malam untuk tetap waspada. Dua jam kemudian, pada pukul 11:32 malam, pesan berikutnya diudarakan ke Titanic oleh seorang pelaut di sebuah kapal yang kebetulan berada tak jauh dari tempat Titanic melaju, tapi kapten kapal tetap saja tak menggubris. Dan Titanic, dengan sebongkah besar kebanggaannya akan kapal yang mustahil tenggelam pun terus melaju.

Pada pukul 11:40 malam, sebuah gunung es yang bukan main besarnya terlihat di depan…namun segalanya terlambat sudah. Titanic menabrak bongkahan gunung es yang tidak bergerak ini, dan bagian dasarnya yang dari baja menerima hantaman yang sangat keras. Pintu yang seharusnya anti bocor dan bulkhead-nya tidak dapat menahan serangan, dan Titanic yang katanya mustahil tenggelam itu pun mulai merunduk dan tenggelam. Sekoci dilempar ke air, namun hanya mampu menampung sedikit penumpang. Sinyal permintaan bantuan dikirimkan, namun tak ada yang terlalu menggubris karena dikira Titanic benar-benar tak mungkin tenggelam.

Dan Titanic pun akhirnya benar-benar lenyap dari atas perairan dalam waktu tak lebih dari tiga jam. Tenggelamnya Titanic dan tragedi besarnya adalah hasil dari sebuah keyakinan yang keliru…


 
;