Sejarah perkembangan manusia adalah perkembangan sejarah yang
paling menakjubkan di banding mahluk hidup manapun di bumi ini.
Perkembangan peradaban manusia dari awal adanya manusia
hingga saat ini adalah sesuatu yang tidak lahir begitu saja.
—Anonimous
Peradabanlah yang membuatmu sakit.
—Paul Gaugin
paling menakjubkan di banding mahluk hidup manapun di bumi ini.
Perkembangan peradaban manusia dari awal adanya manusia
hingga saat ini adalah sesuatu yang tidak lahir begitu saja.
—Anonimous
Peradabanlah yang membuatmu sakit.
—Paul Gaugin
Saya sering kali membayangkan peradaban hidup kita saat ini adalah suatu peradaban yang mengerikan. Bagaimana tidak mengerikan? Pagi hari, saat kita baru selesai sarapan, pengantar koran sudah mengantarkan berita hari ini, dan kita bisa mendapatkan sekian banyak berita kejahatan yang telah terjadi kemarin atau malam tadi—pembunuhan, perkosaan, perampasan, dan aneka macam kejahatan lain. Kemudian siangnya, saat kita tengah makan siang, mata kita pun disuguhi acara di televisi yang menayangkan begitu banyak kejahatan lagi yang terjadi hari ini.
Dan acara itu terkadang disiarkan secara live, sehingga kita bisa menyaksikan bagaimana sibuknya para polisi dengan mobil dan motor-motor patroli mereka mengejar-ngejar penjahat yang baru saja merampok, membunuh, mencuri, atau mencopet. Terkadang bahkan sampai terjadi adegan baku tembak. Dan sambil menyantap makan siang, kita pun menikmati sajian berita itu seperti menikmati sebuah tontonan film seru yang mendebarkan.
Kejahatan telah dikemas menjadi suatu acara yang menarik untuk ditonton, dan para penjahat yang kejam telah berubah menjadi semacam tokoh atau bintang dalam film-film seru yang menegangkan. Bukankah ini peradaban yang mengerikan?
Mari kita mencoba melihat fenomena ini dari sudut pandang psikologis. Dulu, berita menyangkut kejahatan tidak diekspos secara besar-besaran atau dikemas dengan manis seperti sekarang. Dulu, nama-nama para penjahat, para tersangka atau para terdakwa, biasanya disamarkan dengan inisial, sementara foto-foto mereka diburamkan atau ditutup bagian matanya. Dulu, orang masih berpikir seribu kali atau bahkan mungkin sejuta kali untuk melakukan kejahatan, karena dulu image kejahatan masih begitu mengerikan.
Tetapi sekarang, zaman sudah berubah dan image kejahatan pun sekarang rupanya ikut berubah. Sekarang, kejahatan dan perilaku keburukan manusia telah menjadi sesuatu yang ‘wajar-wajar saja’. Begitu wajarnya, sampai-sampai koran dan majalah dan tabloid begitu asyik menurunkan berita pembunuhan seperti memuat cerita silat bersambung, memberitakan fakta perkosaan seperti menuliskan cerita porno yang seru, sementara televisi begitu asyik menyiarkan berita kejahatan yang beraneka ragam seperti menayangkan acara humor atau kisah serial yang menyenangkan dan mengasyikkan.
Kalau dulu orang masih berpikir seribu kali atau sejuta kali setiap kali akan melakukan kejahatan, sekarang mungkin orang hanya berpikir seratus kali atau mungkin sepuluh kali atau bahkan mungkin tak berpikir-pikir lagi ketika akan melakukan suatu kejahatan terhadap orang yang lainnya.
Mengapa? Karena kejahatan sudah menjadi sesuatu yang wajar, karena keburukan manusia terhadap manusia lainnya sudah bukan hal aneh atau haram lagi, karena ternyata ada begitu banyak orang lain yang juga melakukan kejahatan yang sama, dan mereka enjoy-enjoy saja; masuk koran, masuk televisi, ditonton orang, dan kita pun sudah merasa biasa dengan hal-hal semacam itu.
Jadi membunuh orang itu wajar-wajar saja. Merampas, memaksa, atau memperkosa orang lain itu biasa-biasa saja. Mencuri, merampok, mencopet, dan melukai orang lain itu hal yang biasa. Sekali lagi, bukankah ini fenomena yang mengerikan...???
Mungkin yang saya tuliskan ini terkesan ekstrim. Tetapi bukankah, dalam skala besar ataupun kecil, peradaban kita saat ini tengah menuju atau bahkan telah berada dalam kondisi semacam itu?
Hari ini, orang sudah tak bisa bersikap ramah kepada orang lain yang tak dikenalnya. Di zaman sekarang, orang lebih mudah curiga kepada siapa pun yang tak pernah dilihatnya. Ini fenomena kita, dan hal semacam itu tidak hanya melanda kota-kota besar yang konon memang individualis, namun juga telah menghinggapi kehidupan orang-orang yang hidup di kota-kota kecil, atau di tempat-tempat yang selama ini dikesankan ‘ramah’.
Keramahan dan kebaikan serta ketulusan hati sudah menjadi barang yang amat mahal nilainya di hari-hari ini, lebih mahal dari harga sembako yang terus melangit. Seperti pepatah yang dulu pernah populer, homo homini lupus, manusia sekarang memang seperti telah menjadi serigala bagi manusia lainnya. Mereka saling bunuh, saling paksa, saling rebut, saling renggut, saling menghancurkan, dan peradaban kita saat ini menganggap semua hal itu sebagai sesuatu yang ‘wajar-wajar saja’.
Sampai kapan babad peradaban mengerikan ini akan berlangsung...?