Selama ini, warna pink selalu identik dengan cewek. Mungkin ada beberapa cewek yang sama sekali tidak menyukai warna pink, tetapi warna ini sepertinya telah diidentikkan dengan kaum cewek. Sebegitu identiknya warna ini dengan cewek, sampai-sampai cowok pun jadi “risih” kalau harus menggunakan sesuatu yang berwarna pink. Kalau pun ada cowok yang sampai “nekat” menggunakan sesuatu berwarna pink (entah ponsel, baju, tas, aksesoris atau lainnya), biasanya dia pun akan diledek “kecewek-cewekan”.
Sepertinya, cewek memang telah cenderung dengan warna pink, bahkan semenjak mereka masih kecil. Ketika masih balita, misalnya, anak-anak cewek mendapatkan berbagai macam mainan yang didominasi oleh warna pink. Ketika beranjak remaja, cewek semakin lengket dengan warna pink, hingga warna ini pun seringkali digunakan untuk cat kamar tidur mereka, warna seprai dan sarung bantal, aneka aksesoris, hingga…celana dalam.
Nah, mengapa cewek menyukai warna pink? Atau, lebih tepatnya lagi, mengapa warna pink diidentikkan dengan cewek…?
Ada beberapa pendapat yang berbeda untuk menjawab pertanyaan tersebut. Salah satu pendapat menyatakan bahwa hal itu disebabkan karena cewek telah dikondisikan untuk menyukai warna pink oleh orangtua mereka, bahkan semenjak mereka masih bayi. Para pakar yang mengajukan pendapat ini mendasarkan tesisnya pada kenyataan betapa banyaknya barang berwarna pink yang ditujukan untuk kaum cewek dari berbagai usia. Mereka bahkan menyebut hal ini sebagai “wabah pink”—sesuatu yang mereka sayangkan sebagai “alat cuci otak yang makin menegaskan dan memperkuat perbedaan gender”.
“Wabah pink” ini telah membuat banyak anak perempuan menjadi terikat dengan satu warna, bahkan sebelum mereka berusia tiga tahun. Akibatnya, mereka akan cenderung menolak apabila diberi mainan atau baju yang tidak berwarna pink. Sue Palmer, penulis buku Toxic Childhood, menyatakan, “Saat ini sulit mencari anak perempuan berusia di atas tiga tahun yang tidak terobsesi dengan warna pink.”
Jadi, apakah kecenderungan kaum cewek terhadap warna pink memang disebabkan oleh faktor di atas, yakni karena telah dikondisikan semenjak kecil…? Mungkin ya, tetapi mungkin pula bukan hanya itu penyebabnya semata-mata.
Di dalam jurnal Current Biology, Dr. Anya Hurlbert mencoba menjawab pertanyaan ini dengan cara yang ilmiah. Ilmuwan asal University of Newcastle itu melakukan survei terhadap 200 (dua ratus) orang cowok dan cewek berusia dua puluhan tahun. Semua responden survei ini terdiri dari dua ras yang berbeda, yakni Inggris dan China. Nah, hasil survei itu menyebutkan bahwa mayoritas cewek menyukai warna merah muda (pink) sebagai warna favorit mereka.
Dari hasil riset itu, secara sekilas kita dapat melihat bahwa kecenderungan atas suatu warna, atau selera seseorang terhadap suatu warna, tidak berdasarkan atau dipengaruhi oleh etnis atau budaya, melainkan karena faktor biologi. Jadi, cewek di mana pun memang menyukai jenis warna tertentu, dan warna pink diidentikkan dengan cewek—di berbagai belahan dunia mana pun—karena hal ini lebih bersifat biologis.
Dr. Anya Hurlbert menyatakan, “Evolusi menyebabkan perempuan menyukai warna kemerahan. Mereka cenderung memilih buah berwarna merah, atau juga wajah yang kemerahan. Budaya juga memberi andil di dalamnya.”
Tesisnya itu didasarkan pada kenyataan bahwa semenjak jaman dulu, kaum cewek memiliki peran dalam memilih bahan pangan untuk keluarga. Kebiasaan turun-temurun dalam mencari buah matang yang identik dengan warna merah ini kemudian mempengaruhi, bahkan menyebabkan, cewek-cewek keturunan mereka menyukai warna merah atau kemerahan—hingga saat sekarang.
Nah, kalau cewek diidentikkan dengan warna merah atau pink, maka cowok biasanya diidentikkan dengan warna biru. Ternyata, hal ini juga berawal dan bermula dari kenyataan masa lalu. Di masa lalu, semenjak jaman kakek-nenek moyang kita masih tinggal di goa-goa, kaum cowok bertugas mencari sumber air bagi keluarga dan sukunya. Warna biru identik dengan sumber air yang baik, bersih, dan dapat dikonsumsi. Mereka juga menganggap warna langit yang biru cerah sebagai pertanda bagus untuk memulai aktivitas berburu.
Berabad-abad kemudian, kecenderungan kaum cowok terhadap warna biru tetap berlanjut, dan cowok di abad sekarang pun tetap cenderung dengan warna biru—tak jauh beda dengan kecenderungan kaum cewek terhadap warna pink.