Senin, 01 Agustus 2011

Cara Memenangkan Debat Dimana pun, Kapan pun, dengan Siapa pun (1)

Tidak ada sesuatu pun yang baik atau buruk,
hanya pikiranlah yang membedakannya.


Ada cukup banyak orang yang suka berdebat—dari memperdebatkan hal-hal remeh seperti kisah akhir sinetron favorit, sampai debat filsafat dan teologi yang bikin perut melilit. Kini, ketika internet telah menjadi bagian hidup sehari-hari, dan blog telah menjadi makanan pokok sebagian manusia beradab, debat pun masih dibawa-bawa. Tak peduli di zaman biadab atau di masa kehidupan beradab, masih banyak orang yang suka berdebat.

Dulu, ada sebuah website yang secara khusus dijadikan arena tempat orang beradu debat—mirip ring gladiator tempat para pendekar (atau yang merasa pendekar) bertarung sampai berdarah-darah. Karena website itu mengupas persoalan-persoalan religi dan teologi, maka hampir bisa dipastikan peminatnya langsung membludak—dan itulah yang terjadi dengan website itu.

Setiap hari, beratus-ratus orang berkumpul di website tersebut, saling mengajukan pemikirannya, argumentasinya, bahkan caci-maki dan sumpah serapahnya. Satu topik (posting) dilempar ke arena, dan ratusan orang itu pun langsung bertarung dengan membawa kitabnya masing-masing, dengan pikirannya masing-masing, dengan kecerdasan dan kebodohannya masing-masing.

Jika website itu berupa arena yang kasatmata, maka kita pasti dapat menyaksikan banyaknya darah yang tercecer dan terus mengalir. Dan perdebatan itu tak pernah selesai, tak kunjung berakhir.

Selama waktu-waktu itu, saya menyaksikan perdebatan demi perdebatan, satu posting demi satu posting, satu topik demi satu topik. Ajaibnya, orang-orang yang ada di sana tak pernah bosan berdebat. Mereka terus berdebat, terus berdebat… hingga kemudian website itu ditutup karena suatu alasan yang tidak jelas.

Hari ini, website yang pernah sangat kontroversial itu telah menjadi salah satu puing di bawah kuburan dunia maya.

Nah, selama menyaksikan perdebatan demi perdebatan yang pernah ada di sana, saya bertanya-tanya dalam hati, siapakah yang menjadi pemenang dalam perdebatan itu?

Jawabannya mungkin terdengar aneh, karena TIDAK ADA! Tidak pernah ada pemenang dalam sebuah perdebatan, karena siapa pun yang berdebat akan sama-sama kalah—diakui ataupun tidak.

Debat dan perdebatan bukanlah pertarungan untuk mencapai menang-kalah, itu adalah pertarungan untuk sama-sama kalah!

Dulu, ketika saya masih SMA, ada seorang penyanyi bernama Eddie Brickel. Orang ini memiliki lagu yang sangat hit waktu itu, berjudul “Good Times”. Bagi para remaja di era 90-an, “Good Times” bisa dibilang sebagai lagu harian, dan lagu ini sering disetel di radio mobil saat dalam perjalanan. Bagi para ABG waktu itu, lagu Eddie Brickel termasuk salah satu “identitas gaul”.

Nah, nama Eddie Brickel ini sempat menjadi bahan perdebatan antara saya dengan seorang kawan sekelas. Menurut kawan saya, Eddie Brickel seorang laki-laki, sementara saya berkeyakinan Eddie Brickel seorang wanita. Ini perdebatan yang amat bodoh—tetapi ketika hal itu terjadi bertahun-tahun yang lalu, saya tidak sadar kalau itu benar-benar bodoh.

Saya tahu Eddie Brickel seorang wanita, tetapi sekuat apa pun saya meyakinkan teman saya atas fakta ini, dia tidak mau percaya—dia tetap yakin bahwa Eddie Brickel seorang laki-laki. Susahnya, saya tidak punya bukti kuat yang dapat menunjang keyakinan saya, sehingga waktu itu saya hanya bisa ngotot dan berkata, “Pokoknya…!”

Padahal, dasar argumentasi kawan saya sangat lemah. Dia meyakini Eddie Brickel seorang laki-laki, hanya karena ada kata “Eddie” pada namanya. Menurut kawan saya, hanya laki-laki yang memiliki nama “Eddie”, dan karena itulah dia tetap yakin bahwa Eddie Brickel seorang laki-laki.

Sekali lagi, ini benar-benar bodoh. Tetapi bagi siapa pun yang suka berdebat, mereka tak pernah peduli sebodoh apa pun topik yang diperdebatkan.

Lanjut ke sini.

 
;