Di pinggir pantai, dua buah telur bercakap-cakap. Mereka membicarakan tentang rencana mereka setelah menetas.
Telur yang pertama berkata, “Aku ingin menjadi tiram bila nanti sudah menetas. Seekor tiram hanya mengapung di air, dan tidak pernah membuat keputusan apa pun. Gelombang laut akan membawanya kesana-kemari, dan itu tidak perlu direncanakan. Air laut akan membawakanku makanan untuk hidup, dan aku membayangkan bahwa kehidupan semacam itulah yang paling menyenangkan.”
Telur kedua kemudian berkata, “Kalau aku, aku ingin menjadi elang setelah menetas nanti. Elang memiliki kebebasan untuk pergi kemana pun ia mau, dan bisa melakukan apa yang ia inginkan. Tentu ia memang harus bertanggung jawab untuk berburu mencari makanan dan membuat keputusan penting agar bertahan hidup, tapi ia juga bebas terbang setinggi awan. Elang menentukan hidupnya sendiri, dan bukan sekadar menjadi budak lingkungan hidupnya—dan kupikir, itu kehidupan yang menyenangkan.”
Sebagaimana dua butir telur itu, kita pun selalu memiliki dua pilihan yang sama. Kita selalu bisa memilih untuk menjadi tiram yang nyaman meski terombang-ambing oleh hempasan lautan, ataukah menjadi elang yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap hidupnya namun dapat terbang setinggi yang ia inginkan.
Telur yang pertama berkata, “Aku ingin menjadi tiram bila nanti sudah menetas. Seekor tiram hanya mengapung di air, dan tidak pernah membuat keputusan apa pun. Gelombang laut akan membawanya kesana-kemari, dan itu tidak perlu direncanakan. Air laut akan membawakanku makanan untuk hidup, dan aku membayangkan bahwa kehidupan semacam itulah yang paling menyenangkan.”
Telur kedua kemudian berkata, “Kalau aku, aku ingin menjadi elang setelah menetas nanti. Elang memiliki kebebasan untuk pergi kemana pun ia mau, dan bisa melakukan apa yang ia inginkan. Tentu ia memang harus bertanggung jawab untuk berburu mencari makanan dan membuat keputusan penting agar bertahan hidup, tapi ia juga bebas terbang setinggi awan. Elang menentukan hidupnya sendiri, dan bukan sekadar menjadi budak lingkungan hidupnya—dan kupikir, itu kehidupan yang menyenangkan.”
Sebagaimana dua butir telur itu, kita pun selalu memiliki dua pilihan yang sama. Kita selalu bisa memilih untuk menjadi tiram yang nyaman meski terombang-ambing oleh hempasan lautan, ataukah menjadi elang yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap hidupnya namun dapat terbang setinggi yang ia inginkan.