Bukan bumi yang kian tidak ramah, tapi populasi yang terus bertambah, dan sifat adiluhung manusia yang makin berubah.
Masalah terbesar umat manusia tidak jauh di ujung Bumi, tapi di dalam diri mereka sendiri. Entah kapan kita akan menyadari.
Bumi tidak bertambah luas, dan kekayaan alam memiliki batas. Tapi jumlah manusia terus bertambah berkali lipat. Sesederhana itu masalahnya.
Manusia menyangka Bumi adalah Surga, lalu asyik bereproduksi tanpa dosa, dan mewariskan kebodohan mereka pada anak-anaknya.
Kiamat pasti akan terjadi. Tapi tidak seperti yang kita sangka selama ini.
Akan tiba suatu masa ketika Bumi murka, kejahatan disembah, kebodohan menjadi berhala, dan umat manusia menjadi wabah di antara bencana.
Hanya soal waktu bagi Bumi untuk membersihkan dirinya sendiri dari koreng luka bernama manusia.
Kita sedang dibodohi oleh diri kita sendiri.
Kita ngeri saat melihat perkampungan padat, kotor, bau, dan kumuh, tanpa menyadari kita sedang hidup dalam peradaban yang sama kumuhnya.
Sekelompok tikus dalam rumah kita mungkin belum jadi masalah. Tapi jika ada tujuh miliar tikus di rumah, itu jelas masalah. Sesederhana itu.
Sebagian orang menyangka program depopulasi hanyalah omong kosong teori konspirasi. Tidak, program depopulasi memang ada dan sedang terjadi.
Perang, wabah penyakit, obesitas, hanyalah sebagian kecil dari program depopulasi. Tujuan akhirnya sama; mengurangi penduduk Bumi.
Koran-koran hanya memberitakan permukaan. Kenyataannya, yang di permukaan adalah hasil rekayasa dan kebohongan. Dan itulah yang kita makan.
WHO (iya, WHO yang itu) sama sekali bukan Nabi. Tapi umat manusia menerima semua fatwa dan ocehannya seolah menghadapi firman suci.
PBB (iya, PBB yang itu) sama sekali bukan Tuhan. Tapi cobalah pikirkan siapa yang berani melawan. Masih bingung? Itulah Tatanan Dunia Baru.
Tatanan Dunia Baru atau semacamnya bukan omong kosong teori konspirasi. Semuanya sedang terjadi. Dan kita terlalu naif untuk menyadari.
Penyangkalan adalah sisi gelap psikologi. Saat manusia ketakutan menghadapi kemungkinan, mereka akan menyangkal untuk lari dari kenyataan.
Belum pernah, dalam dua ratus ribu tahun sejarah Bumi, manusia begitu damai dan santai menghadapi kebodohannya sendiri, seperti hari ini.
Lebih mengerikan dari AIDS, Pes, atau Ebola, Kebodohan adalah wabah paling mengerikan, paling tidak disadari, dan paling sulit diobati.
Saat orang terkena penyakit atau infeksi, mereka segera menyadari. Tapi saat orang terjangkit wabah kebodohan, mereka tetap percaya diri.
Hanya menunggu waktu bagi manusia untuk berubah menjadi serigala, saat Bulan memucat dan Bumi semakin padat, untuk memangsa manusia lainnya.
*) Ditranskrip dari timeline @noffret, 27 Agustus 2014.