Minggu, 02 Januari 2011

Sepakbola dan Filsafat Hidup (2)

Posting ini lanjutan post sebelumnya. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah post sebelumnya terlebih dulu.

***

Sejujurnya, saya memang tahu dan mengenal nama-nama beken dalam dunia sepakbola, tetapi saya sama sekali tidak tahu mengapa orang-orang itu bisa dianggap hebat, dan mengapa orang sampai memuja mereka.

Sebagai contoh, saya mengenal siapa David Beckham. Saya tahu siapa nama istrinya, saya tahu di mana ia tinggal, saya tahu berapa penghasilannya, saya bahkan tahu kegiatan apa yang sedang dilakukan Beckham dalam dunia mode kontemporer. Tetapi saya benar-benar tidak tahu seperti apa kehebatan David Beckham di lapangan bola! Saya tidak tahu mengapa penggemar sepakbola memuja David Beckham!

Kenyataan ini kadang-kadang membuat saya berkecil hati. Iri rasanya kalau melihat kawan-kawan saya bisa asyik membicarakan kisah seru pertandingan sepakbola semalam, sementara saya tidak paham apa-apa, dan tidak bisa ikut berbagi kegembiraan dengan mereka. Padahal, bisa dibilang semua kawan yang saya kenal di dunia ini menyukai sepakbola. Sampai detik ini, saya belum pernah menemukan seorang pun dari mereka yang sama seperti saya.

‘Kebodohan’ saya menyangkut sepakbola juga sering kali membuat saya kebingungan. Tidak jarang, saya sedang ngantri di salon, lalu ada orang asing di samping saya membuka percakapan mengenai pertandingan sepakbola semalam. Nah, ketika dihadapkan kenyataan semacam itu, saya benar-benar kebingungan. Mau nyambung ucapannya, saya tidak tahu apa-apa. Mau jujur menjawab bahwa saya tidak tahu, rasanya kok tidak sopan.

Nah, karena saya telah menyadari bahwa saya tidak tahu apa-apa soal sepakbola, dan menyadari bahwa saya butuh tahu tentang sepakbola, maka saya pun belajar dan berusaha agar saya bisa tertarik kepadanya. Dalam kurun waktu yang panjang, saya telah berupaya sekuat yang saya bisa untuk dapat menyukai sepakbola—dari menonton acaranya di televisi, membaca majalah dan tabloid tentang bola, sampai memburu buku-buku yang secara khusus membahas sepakbola atau tokoh-tokoh sepakbola.

Tetapi, meski telah bertahun-tahun saya melakukan hal itu, tetap saja saya tidak mampu menumbuhkan ketertarikan saya pada sepakbola. Yang ada, saya hanya dapat mengagumi tokoh-tokoh tertentu yang saya baca biografinya, tetapi tetap saja tidak tertarik dengan sepakbola.

Kenyataan ini benar-benar membuat saya frustrasi.

Pas Piala Dunia kemarin, saya sampai minta tolong Very—sohib saya yang penggila bola—agar ‘mengajari’ saya tentang ‘Cara Jatuh Cinta pada Sepak Bola’. Tentu saja Very ketawa ngakak dan menganggap saya tidak masuk akal. Saya tanya kepada Very, apa yang membuatnya menggilai sepakbola. Very menjawab bahwa dia tergila-gila pada sepakbola karena “sepakbola adalah permainan paling menggairahkan di muka bumi.”

Mendengar jawaban itu, tiba-tiba saya merasa idiot.

“Dimana letak menggairahkannya, Ver?” tanya saya seperti bocah TK yang kebingungan terhadap gurunya.

Dan Very menjawab dengan jumawa, “Itu sesuatu yang tak bisa diucapkan dengan kata-kata, Sob.”

Hebat, pikir saya.

Karena menyadari bahwa saya benar-benar ingin tahu dan ingin belajar tentang keasyikan sepakbola, maka Very pun kemudian mengajak saya untuk menonton acara Piala Dunia di kafe. “Di sana, ada banyak orang yang akan nonton. Di tengah-tengah banyak orang semacam itu, kamu pasti akan ketularan bergairah nonton bola,” begitu kata Very waktu itu.

Lanjut ke sini.

 
;