Minggu, 23 Januari 2011

Surat Rachel kepada Batman

Dear Bruce, Aku harus jujur dan terus terang. Aku akan menikahi Harvey Dent. Aku mencintainya, ingin hidup bersamanya sepanjang hidupku. 

Dulu, saat kubilang kita bisa bersama setelah Gotham tak butuh Batman, aku sungguh-sungguh. Tapi kini kuyakin saat itu tak kan pernah tiba—kau pun tahu Batman. 

Kuharap hari itu akan datang. Bila itu terjadi, aku akan mendukungmu. Tapi sebagai temanmu. 

Maaf aku mengecewakanmu. Jika kau tak lagi percaya padaku, kumohon tetaplah percaya pada umat manusia.
Cium sayang selamanya, Rachel


Kata-kata yang tertulis di atas adalah isi surat Rachel Dawes yang ditulis untuk Bruce Wayne a.k.a Batman—dalam film ‘The Dark Knight’—yang disutradarai Christopher Nolan. 

Mungkin, satu-satunya orang di luar rumah Bruce Wayne yang mengetahui identitas asli Batman hanyalah Rachel, perempuan yang kepadanya Bruce Wayne meletakkan hatinya. 

Siapakah Rachel? Dalam penggambaran Christopher Nolan di ‘The Dark Knight’, Rachel diwujudkan dalam sosok perempuan lembut, yang benar-benar tepat untuk seorang lelaki semacam Batman! 

Tetapi bukan hanya Batman yang jatuh hati kepada Rachel. Ada satu lagi lelaki yang juga jatuh cinta kepada Rachel, yakni Harvey Dent, Jaksa Wilayah di Gotham City. 

Tak jauh berbeda dengan Batman, Harvey Dent juga sosok pahlawan. Bedanya, jika Batman menjadi pahlawan secara incognito (masyarakat tidak tahu secara pasti siapa dirinya), Harvey Dent menjadi pahlawan yang benar-benar dikenali masyarakatnya. Dan dua sosok pahlawan itu sama-sama jatuh cinta pada seorang perempuan bernama Rachel! 

Christopher Nolan, yang menyutradarai dan menulis skenario ‘The Dark Knight’, memang seperti pekerja mukjizat. Apa pun yang digarapnya selalu menjadi karya hebat. Film terakhir Batman ini penuh konflik, melibatkan banyak karakter, multi-plot, dengan alur kisah yang saling membelit. Tetapi dengan sentuhan tangan geniusnya, Christopher Nolan mampu menyuguhkan cerita yang berat itu dengan sangat apik. 
 
Seperti yang dinyatakan tadi, Rachel menulis surat untuk Batman. Surat itu ditulisnya ketika Rachel mengungsi di rumah Bruce a.k.a Batman, ketika Joker sang teroris sedang mengamuk dan membunuhi warga Gotham. Surat itu kemudian dititipkan kepada Alfred, pembantu setia Bruce, ketika Rachel memutuskan untuk pergi dari rumah Bruce Wayne. 

Keputusan itu diambil Rachel, setelah menyaksikan siaran televisi yang memperlihatkan Harvey Dent rela ditangkap polisi dengan mengaku sebagai Batman—demi tujuan agar Batman yang asli tetap selamat. 

Ketika berada seorang diri di rumah Bruce Wayne waktu itu, saya membayangkan, mungkin Rachel menimbang-nimbang… siapakah yang seharusnya ia pilih; Bruce Wayne ataukah Harvey Dent. Para penonton ‘The Dark Knight’ tahu bahwa Rachel mencintai Bruce Wayne sebagaimana ia juga mencintai Harvey Dent. Tetapi akhirnya ia harus memilih salah satunya, dan ia menjatuhkan pilihannya kepada Harvey. 

Dalam perspektif Christopher Nolan, Bruce Wayne ataupun Harvey Dent tak ubahnya dua orang bocah. Bruce Wayne, sang miliuner, adalah anak yatim piatu yang kehilangan orang tuanya karena dibunuh penjahat—dan kemudian bersumpah mengabdikan hidupnya untuk memerangi kejahatan. Karena itulah ia menjadi Batman. 

Impian Bruce Wayne tercapai, dan sumpahnya tergapai… mengapa? Karena ia tidak perlu lagi memikirkan hidupnya! Dia tidak kekurangan uang, dan dia dapat melakukan apa pun yang diinginkannya dengan kekayaannya yang luar biasa. Melalui kekayaannya pula ia menciptakan dirinya sebagai Batman, sosok pahlawan yang bukan hanya tangguh dalam bela diri, tetapi juga menguasai teknologi tinggi. 

Tetapi, Bruce Wayne sendiri pasti menyadari, bahwa Batman—dirinya—sesungguhnya hanyalah anak kecil yang kesepian dan ketakutan. Begitu pula Harvey Dent. Dia juga tak berbeda dengan Bruce Wayne, hanya saja beda latar belakang. Jika Bruce dilahirkan sebagai anak konglomerat, Harvey dilahirkan dalam keluarga miskin. 

Kita tahu fakta itu, karena ketika Rachel menggandeng Harvey memasuki acara pesta yang diadakan Bruce Wayne, Harvey merasa rendah diri, hingga Rachel pun dengan senyum bijak menggodanya, “Ah, Harvey Dent, penentang dunia hitam, ternyata takut pada kaum kaya…” 

Dan Harvey, dengan jujur, menyatakan, “Orang-orang kaya ini menurutku lebih menakutkan dari para penjahat yang biasa kuperangi.” 

Meski namanya sangat terkenal dan masyarakat memujanya, Harvey Dent menyadari, sebagaimana Batman menyadari, bahwa dirinya hanyalah seorang bocah yang kesepian dan ketakutan—sosok anak kecil yang memulai hidupnya dari kepahitan, yang meski telah mencapai impian hidupnya tapi tetap tak mampu melupakan kepahitannya. 

Bruce Wayne mengubah anak kecil di dalam dirinya menjadi sosok Batman, sementara Harvey Dent mengubah anak kecil di dalam dirinya menjadi sosok penegak hukum di tengah-tengah masyarakat yang rusak. Tapi esensinya sama—mereka adalah dua bocah kecil. Dan dua bocah itu sama-sama jatuh cinta kepada sosok perempuan dewasa bernama Rachel. Betapa geniusnya Christopher Nolan! 

Karenanya, ketika Rachel seorang diri di rumah Bruce Wayne, dia pasti menimbang-nimbang, manakah di antara dua lelaki itu yang akan dipilihnya? Rachel menyadari, bahwa siapa pun yang akhirnya akan ia pilih, pilihan itu tak ada bedanya—sama-sama seorang bocah. Jadi, ketika ia akhirnya menjatuhkan pilihan, Rachel pun mendasarkan pilihannya tidak dengan perspektif seorang kekasih, tetapi dengan perspektif seorang ibu! 
 
Kita tahu hal itu, karena Rachel akhirnya memutuskan untuk memilih Harvey Dent. Jika Rachel mempertimbangkan pilihannya berdasarkan hati seorang kekasih, dia pasti akan memilih Bruce Wayne—sosok lelaki sempurna, tampan, kaya-raya, terkenal, sekaligus pahlawan di balik topeng Batman. Tapi tidak, Rachel lebih memilih Harvey—yang masa depannya bisa dibilang belum pasti—karena Rachel mendasarkan pilihannya berdasarkan kasih seorang ibu; ia tahu Harvey membutuhkan pegangan kuat dalam hidupnya yang rapuh, dan Rachel ingin Harvey dapat berpegangan pada dirinya. Meski keduanya sama-sama bocah, Rachel tahu Harvey lebih membutuhkan dirinya dibanding Bruce Wayne. 

Dalam bayangan Rachel yang bijaksana, Bruce Wayne akan dapat melanjutkan hidupnya setelah ia tinggalkan, tetapi Harvey Dent belum tentu memiliki kemampuan sekuat itu jika menghadapi kenyataan yang sama. 

Bagi bocah lelaki semacam Bruce Wayne ataupun Harvey Dent, Rachel bukan hanya sosok seorang perempuan, atau kekasih—ia lebih merupakan kerinduan terdalam akan sentuhan kasih seorang ibu. Dan apa yang dibayangkan Rachel memang terbukti. Ketika akhirnya dia tewas akibat ledakan bom yang dipasang anak buah Joker, Harvey kalap—dan tak bisa menerima kematiannya. Dia berubah, dari sosok pahlawan menjadi sosok penuh dendam. 

“Kita bisa hidup singkat dengan menjadi pahlawan,” kata Harvey Dent, “tetapi kita pun bisa hidup lama, sambil perlahan-lahan menjadi penjahat.” 
 
Di akhir film, Harvey memang kemudian tewas. Tetapi dia tidak mati di atas kepahlawanan, ia terbunuh karena dendam yang disebabkan kematian Rachel. Dan, sambil menyaksikan jasad Harvey yang membujur kaku di atas tanah, Komisaris Polisi Gordon berkata dengan nada menyayangkan, “Gotham telah kehilangan salah satu pahlawan terbaiknya.” 

Lalu bagaimana dengan Batman—dengan Bruce Wayne? Bagaimana reaksinya ketika ia membaca surat yang ditulis Rachel? 

Batman atau Bruce Wayne tidak pernah membaca surat itu, karena Alfred telah membakarnya sebelum Bruce sempat membacanya. Pembantu setia Batman itu pun menyadari bahwa sebaiknya Bruce tidak tahu bahwa Rachel telah menjatuhkan pilihan hatinya kepada orang lain. Alfred ingin Bruce tetap percaya bahwa Rachel selalu mencintainya. 

…. 
…. 

Ada bocah-bocah kesepian dan ketakutan di dalam diri laki-laki… ada sosok ibu bijaksana di dalam diri wanita.

 
;