Sabtu, 08 Januari 2011

Titipan Visi Henry Viscardi



Henry Viscardi dilahirkan tanpa kaki, dan menghabiskan tujuh tahun masa kanak-kanaknya sebagai pasien di sebuah rumah sakit. Sejak kanak-kanak sampai berusia remaja, dia harus menghadapi cacat ini dan telah berjuang untuk melalui penderitaannya. Tetapi rupanya dunia amat kejam memperlakukannya, dan sama sekali tak mau menengok cacat yang dideritanya.

Pada usia 27 tahun, Henry Viscardi baru mendapatkan kaki palsunya. Dengan kaki palsu ini ia mulai bisa melangkah tanpa bantuan kursi roda atau kruk untuk menyangga tubuhnya. Dan kemudian sebuah dunia baru pun terbentang di depan matanya. Ia telah merasakan bagaimana sakitnya perasaannya karena cacat yang dideritanya, dan bagaimana merananya batinnya saat ia begitu sulit menjalani hidup karena cacatnya itu. Dan sebuah kilasan pikiran yang baru dipahaminya itu kemudian mengubah kehidupannya.

Semenjak itu, Henry Viscardi bertekad untuk membantu kehidupan orang-orang yang tidak mempunyai lengan dan tidak punya kaki. Selama masa Perang Dunia kedua, ia menghabiskan semua waktunya untuk membantu para korban perang di rumah sakit Walter Reed, dan sesudah itu ia mendirikan The Long Island Human Resources Center, sebuah lembaga yang membantu dan menangani anak-anak dan orang dewasa yang memiliki cacat tubuh.

Dia mengubah cacat dan kemalangan yang menimpa dirinya selama bertahun-tahun menjadi sebuah kesempatan untuk mengajar ribuan orang cacat lain supaya mereka juga memiliki keyakinan dan kepercayaan diri atas kemampuan mereka.

Dalam sebuah pidatonya, Dr. Henry Viscardi menyampaikan kata-kata yang kemudian menjadi sangat terkenal. Kata-kata ini telah memberikan inspirasi bagi ribuan orang yang mendengarnya, kata-kata ini telah memberikan motivasi bagi siapa pun yang membacanya. Kata-kata yang diucapkannya ini layak untuk direnungkan, sekaligus perlu untuk dimasukkan ke dalam hati, akal, pikiran, serta dalam kehidupan kita.

Inilah kata-katanya yang penuh inspirasi itu…

“Harapan adalah sebuah kewajiban, ia bukan suatu kemewahan. Harapan bukan sekadar impian, tapi kekuatan untuk mengubah impian menjadi kenyataan. Mulialah orang-orang yang memiliki impian, dan yang mau berkorban untuk mengubah impiannya menjadi sebuah kenyataan.

“Bagi saya pribadi, saya tidak memilih menjadi manusia pada umumnya. Saya punya hak untuk menjadi manusia yang istimewa. Saya mencari kesempatan, bukan keselamatan. Saya berani menanggung risiko yang telah diperhitungkan, untuk bermimpi dan membangun, untuk jatuh dan berhasil. Sudah menjadi keyakinan saya untuk selalu tegak berdiri tanpa gentar, bangga, dan tidak takut untuk berpikir dan bertindak melakukan apa yang saya yakini.

“Saya memiliki harapan kepada kalian semua. Ini juga harapan saya untuk orang-orang yang memiliki cacat atau kekurangan. Saya berdoa semoga kalian semua menjadi generasi penerus saya yang dilimpahi kesuksesan dan kebahagiaan sampai akhir hidup kalian. Saya berharap semoga kalian semua mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan yang penuh makna sepanjang hidup kalian…”


 
;