+ Apa benar ini istilahnya? Tem… peratur?
- Ya, itulah istilahnya. Temperatur.
+ Kalau saya tidak salah ingat, istilah temperatur digunakan untuk mengukur suatu suhu tertentu, benar?
- Exactly!
+ Dan karena yang diatur adalah suhu yang tidak pernah konstan, maka temperatur berarti juga tidak pernah konstan—ia naik dan turun, berubah, kadang tinggi dan kadang pula rendah. Temperatur, itulah dia. Senang sekali saya bisa menemukan istilah ini. Anda tahu, saya jadi merasa seperti menemukan bejana Archimedes.
- Hahaha, sampeyan pasti sedang berlebih-lebihan. Orang-orang di sini sudah biasa mendengar istilah itu, kok—temperatur. Bagi kami, istilah itu sama sekali tidak istimewa. Yeah, setidaknya tidak seistimewa bejana Archimedes.
+ Begitu? Kadang-kadang sesuatu yang luar biasa memang dianggap hal biasa jika ia telah menjadi suatu kebiasaan. Bagi saya, istilah ini—temperatur—adalah istilah yang sangat istimewa, karena masih asing bagi saya, bahkan saya agak kesulitan menyebutkannya.
- Cara sampeyan menyatakannya itu… uh, membuat saya jadi merasa bersalah.
+ Merasa bersalah karena menganggap istilah temperatur sebagai hal biasa? Ya, ya, ini juga tak jauh beda dengan saya, well… dengan kita semua. Ingat kata Emerson? Kalau saja bintang-bintang di langit hanya muncul sekali dalam seribu tahun, niscaya manusia akan mengingat-ingatnya, mengabadikannya dalam cerita ke cerita, dan menganggap kemunculannya sebagai sesuatu yang istimewa, luar biasa, penuh pesona. Tetapi bintang-bintang di langit muncul setiap malam. Akibatnya, seindah dan seistimewa apa pun, keberadaannya dianggap hal biasa.
- Sampeyan bijaksana sekali.
+ Waduh, sekarang Anda yang sedang berlebih-lebihan. Saya hanya sedang terpesona pada istilah ini—temperatur. Rasanya senang sekali menyebutnya di bibir—temperatur. Ada rasa geli di lidah, juga ada semacam hasrat linguistik yang tak tertahankan. Anda tahu, setiap kali saya menyebut kata ini—temperatur—seperti ada yang bermain-main di dalam benak saya.
- Wah, apa sampai sejauh itu…? Saya pikir istilah itu kok biasa saja.
+ Ya itu tadi, karena Anda sudah biasa menyebutkannya, atau sudah biasa menyatakannya, jadi lidah Anda sudah sangat terbiasa. Cobalah sesekali Anda mencari suatu istilah baru yang belum pernah Anda ucapkan, lalu cobalah ucapkan. Pasti Anda akan merasakan apa yang saya rasakan ini. Rasanya, well, seperti kalau anak kecil baru bisa bicara sesuatu, dan dia kemudian menyebut kata itu berulang-ulang. Rasanya ajaib sekali. Temperatur ini, menurut saya… sungguh ajaib.
- Temperatur, ya? Saya baru tahu ada orang yang menganggap kata temperatur merupakan hal ajaib. Itu… waduh, itu sungguh ajaib menurut saya.
+ *Tertawa*
- Bukankah ini aneh?
+ Oh ya, tentu saja ini aneh. Saya menganggap hal biasa milik Anda sebagai sesuatu yang ajaib, dan Anda menganggap saya ajaib. Bukankah ini sungguh ajaib? Jadi benar kalau ini memang istilahnya, ya, tem… peratur?
- Ya, itulah istilahnya. Temperatur.