Selasa, 07 Desember 2010

Walt Disney, Sang Pemimpi (4)

Di garasi kosong milik kakaknya, Walt Disney membuat sebuah studio sederhana, dan di situlah ia mulai membuat film-film animasi pendek dengan menggunakan teknik hasil rekaannya. Ia kemudian memperlihatkan hasilnya kepada seorang pemimpin bioskop terkenal. Orang itu langsung terkesan. Sketsa-sketsa dan teknik film Walt Disney sangat berbeda dengan yang sudah ada selama ini. Maka film kartunnya yang pertama pun segera diputar di bioskop-bioskop.

Film-film kartun karya Walt Disney rupanya disenangi para penonton, dan Walt Disney pun mulai disegani sebagai seorang pembaharu. Gajinya mulai naik, dan dalam waktu singkat Walt Disney menjadi orang terkenal di kota itu.

Ia mengembalikan kamera yang dipinjamnya dari perusahaannya, dan membeli kamera sendiri dengan uang simpanannya. Ia juga kemudian memutuskan untuk keluar dari perusahaan tempatnya bekerja, dan bertekad untuk membangun perusahaannya sendiri.

Film-film kartunnya semakin populer. Walt Disney lalu menyewa ruang kantor sendiri untuk usaha kecilnya yang ia namakan Laugh-O-Grams Corporation, dengan modal awal sebesar 15.000 dolar. Ia mempekerjakan beberapa magang dan seorang salesman untuk mempromosikan film-film kartunnya di New York City. Impiannya untuk mandiri akhirnya menjadi kenyataan, dan saat itu ia baru berumur 20 tahun.

Tetapi sukses tidak berjalan dengan lurus tanpa rintangan. Ketika resesi ekonomi melanda, biaya produksi film menjadi melambung tinggi, dan biaya peralatan serta operasional semakin membengkak. Ini masih ditambah lagi dengan sifat perfeksionis Walt Disney yang selalu menginginkan karyanya benar-benar sempurna. Akibatnya, semakin banyak uang yang terbuang hanya untuk mengejar kesempurnaan yang diinginkan Walt Disney. Dan bisa ditebak, Walt Disney pun kemudian mengalami kebangkrutan yang sangat parah.

Itu merupakan masa-masa yang suram bagi hidupnya. Ia telah beranggapan masa-masa sulitnya telah berlalu, namun ternyata hidup masih memberikannya cobaan yang begitu besar. Sekarang dia tidak memiliki uang sama sekali, dan terpaksa tinggal di sebuah bengkel dengan makan dan tidur di sebuah bangku kecil, satu-satunya perabot yang masih dimilikinya. Ia tidak memiliki kamar mandi, hingga tidak bisa mandi setiap hari. Seminggu sekali, ia harus mengumpulkan uang untuk naik kereta api untuk mandi di kamar mandi umum di stasiun.

Keadaan yang sangat menyedihkan itu terus berlangsung hingga beberapa waktu lamanya, sampai kemudian ia mendapatkan kontrak untuk pembuatan kartun animasi untuk mendidik anak-anak mengenai pentingnya menyikat gigi.

Pada suatu malam, dokter gigi yang memesan kartun tersebut datang menemuinya, dan mengajak Walt Disney untuk pergi ke kantornya.

“Tidak bisa,” jawab Walt Disney menolak ajakan itu.

“Kenapa?” tanya sang dokter dengan bingung.

Dengan ragu-ragu Walt Disney menjawab, “Karena saya tidak punya sepatu. Satu-satunya sepatu saya ada di tempat tukang sepatu untuk diperbaiki, dan saya tidak punya uang untuk mengambilnya.”

Walaupun menghadapi keadaan yang serba menyusahkan, Walt Disney tidak pernah putus asa. Setelah memperoleh uang yang cukup dari kontraknya membuat kartun menyangkut pentingnya menggosok gigi itu, Walt Disney membangun sebuah impian baru. Pada suatu malam di bulan Juli 1923, dengan membawa sedikit uang dalam saku baju setelan tuanya, pemuda kurus kering ini naik kereta api menuju Holywood.

Ia bertekad kuat untuk meraih sukses di dunia perfilman Hollywood dengan gagasan film kartunnya.

Lanjut ke sini.

 
;