Selasa, 07 Desember 2010

Walt Disney, Sang Pemimpi (1)

Kita sering kali mendengar kata-kata “impian selalu lebih indah daripada kenyataan”. Tetapi ada orang yang dalam hidupnya mampu mewujudkan kenyataan yang lebih indah dari impian. Siapakah orang ini...? Namanya Walter Elias Disney, atau biasa dikenal dengan nama Walt Disney.

Walt Disney dilahirkan di Chicago pada tanggal 5 Desember 1901. Ibunya, Flora Call, adalah wanita Jerman, sedangkan ayahnya, Elias Disney, seorang keturunan Irlandia Kanada. Walt Disney memiliki seorang kakak lelaki bernama Ray Disney.

Keluarga Disney sering berpindah dari satu kota ke kota lainnya dikarenakan ayah Walt Disney yang sering berspekulasi dalam bisnis, kemudian bangkrut dan terpaksa menjual rumahnya. Ayah Walt Disney sebenarnya seorang pekerja keras, namun ia terlalu senang berspekulasi hingga keberuntungan jarang menghampirinya. Namun anaknya, Walt Disney, memiliki kisah hidup yang berbeda...

Pada tahun 1906, keluarga Disney menetap di daerah Marceline, Missouri, di tanah pertanian yang baru dibeli ayahnya. Kehidupan di pedesaan dan pertemuan langsung dengan alam menghidupkan rasa sayang Walt Disney kepada alam dan binatang-binatang. Kedekatannya dengan alam dan binatang inilah yang kelak akan memberikan bantuan besar kepadanya ketika ia berjuang membangun impiannya.

Selama hidup di tanah pertanian itu, Walt Disney benar-benar menikmati kehidupannya. Ia bergaul akrab dengan seseorang yang sangat dikaguminya, yang biasa ia panggil dengan sebutan Paman Ed. Walt Disney banyak mengambil inspirasi hidup dari Paman Ed ini, termasuk filosofi hidup yang kemudian begitu kuat digenggamnya. Filosofi itu adalah, “Untuk benar-benar berhasil dan berbahagia, orang harus melakukan apa yang dinikmatinya.”

Namun kegembiraan masa kecil Walt Disney segera musnah ketika kegagalan panen terjadi berturut-turut. Keluarga Disney yang mengandalkan hidupnya dari hasil bertani terkena dampaknya, dan perekonomian keluarga pun morat-marit.

Pada tahun 1910, ayahnya kemudian menjual tanah pertanian itu, dan keluarga Disney berpindah lagi ke Kansas City. Uang hasil penjualan tanah pertanian itu digunakan ayah Disney untuk membeli sebuah usaha penjualan koran, dan Walt Disney beserta kakak lelakinya pun dipaksa untuk membantu menyambung hidup mereka dengan bekerja menjadi loper koran.

Waktu itu Walt Disney baru berumur sepuluh tahun ketika harus bangun pagi-pagi sekali, pukul 3.30, lalu menunggu truk pengangkut di pinggir jalan untuk mengantarkan koran ke kota, ke rumah para pelanggan. Kadang-kadang orang menjumpai Walt Disney sedang berjalan dengan pakaian yang basah karena kehujanan, dan gemetaran kedinginan sambil membawa tumpukan koran yang beratnya dua kali berat tubuhnya.

Ada kalanya cuaca sedemikian dinginnya, hingga Walt Disney pun harus berjongkok di depan pintu salah satu pelanggannya, sekadar untuk bisa menghangatkan badan dari mesin pemanas yang memancar dari dalam rumah si pelanggan.

Ayah Walt Disney mengawasi benar pekerjaan anak-anaknya, dan mengusahakan semua tugas diselesaikan dengan baik. Beberapa kali Walt Disney harus menerima semprotan kemarahan sang ayah karena ada pelanggan yang mengeluh korannya datang terlambat atau basah terkena air hujan. Selama hidupnya selanjutnya, Walt Disney seringkali terbangun di tengah malam karena bermimpi lupa menyerahkan koran kepada pelanggan, hingga ia harus menghadapi kemarahan ayahnya.

Lanjut ke sini.

 
;