Rabu, 19 Mei 2010

Bagaimana Ramalan Diciptakan (1)



Post ini ditulis untuk memenuhi permintaan beberapa teman yang telah berkirim email, yang meminta agar saya membahas soal ramalan—tentunya dalam perspektif yang ilmiah—dari alasan mengapa ramalan dibuat dan diciptakan, sampai mengapa ramalan seringkali mendekati kebenaran. Tentunya dibutuhkan penjabaran yang sangat luas untuk membicarakan hal ini, karenanya saya akan membatasi topik ini pada poin-poin pentingnya saja, sehingga ulasan mengenai hal ini tidak sampai menyita banyak posting di blog ini. Ready…?

***

Salah satu rubrik yang sangat digemari di majalah-majalah atau di media-media populer, seperti tabloid mingguan, adalah ramalan zodiak. Orang-orang sepertinya selalu ingin tahu bagaimana nasib zodiaknya untuk minggu ini atau bulan ini, dan karena itulah ramalan melalui zodiak bisa dikatakan sebagai ramalan paling populer di antara berbagai bentuk ramalan yang lainnya.

Tentu saja masing-masing zodiak memang memiliki watak dan karakter yang berbeda, sekaligus juga akan menarik ‘nasib’ yang berbeda pula dalam pergerakan hidupnya. Para astrolog mempercayai bahwa posisi badan astronomis ada pada moment atau waktu yang pasti dari kelahiran seseorang, dan gerakan-gerakan berikutnya dari badan astronomis ini akan dapat merefleksikan karakter dari seseorang, begitu pula dengan pergerakan nasibnya.

Sesungguhnya, popularitas astrologi sudah terjadi semenjak beribu-ribu tahun yang lalu. Masyarakat Chaldean yang hidup di Babilonia telah mengembangkan ilmu astrologi semenjak 3000 tahun sebelum Masehi. Sementara masyarakat Cina mulai mempraktekkan astrologi pada 2000 tahun sebelum Masehi. Hal itu juga terjadi pula di suku-suku Indian kuno ataupun suku-suku bangsa Maya di Amerika Tengah.

Orang-orang yang telah menggunakan astrologi untuk mengetahui ‘apa yang akan terjadi’ ini telah mengamati bahwa badan-badan astronomis tertentu, khususnya matahari, mempengaruhi perubahan musim dan juga tingkat kesuburan tanah pertanian. Berdasarkan observasi-observasi inilah mereka kemudian mengembangkan sebuah sistem yang lebih luas dengan mengeksplorasi gerakan-gerakan dari badan-badan astronomis yang lain, semisal planet-planet yang mempengaruhi atau yang merepresentasikan aspek-aspek tambahan dari kehidupan.

Kemudian, pada tahun 500 sebelum Masehi, astrologi semakin berkembang secara luas, khususnya di Yunani, karena pada saat itu para filsuf semacam Plato dan Pythagoras telah menggabungkannya dengan kajian-kajian astronomi, bahkan dengan keyakinan agama. Astrologi kemudian dipraktekkan secara luas di Eropa pada Abad Pertengahan, meskipun pada waktu itu ditentang oleh St. Augustine yang kala itu menjabat sebagai Uskup Agung di Canterbury.

Sampai pada tahun 1500-an, banyak ilmuwan yang memandang astrologi (dan juga astronomi) sebagai ilmu pelengkap. Pada kurun waktu itu, berbagai penemuan dibuat oleh para astronom seperti Galileo Galilei dan Nicolaus Copernicus.

Di dalam astrologi, para astrolog menciptakan bagan yang disebut sebagai ‘horoskop’, yang berfungsi untuk memetakan posisi dari badan astronomis pada waktu tertentu, semisal ketika seseorang dilahirkan. Sebuah horoskop diilustrasikan dengan sebuah lingkaran yang disebut sebagai ekliptik (ecliptic). Apa yang disebut ekliptik ini adalah bidang dimana orbit bumi mengelilingi matahari dalam waktu satu tahun.

Ekliptik dibagi menjadi dua belas bagian, yang disebut sebagai tanda-tanda zodiak. Dua belas bagian itulah yang kemudian dinamai Aquarius, Pisces, Gemini, Aries, Taurus, Leo, Cancer, Scorpio, Libra, Virgo, Capricornus dan Sagitarius.

Para astrolog kemudian menandai setiap planet—yang dalam hal ini mencakup bulan dan matahari—dengan sebuah tanda khusus, yang bergantung pada dimana planet itu terlihat pada ekliptik pada waktu horoskop itu masuk. Setiap planet merepresentasikan perilaku dasar manusia, dan setiap tanda akan mewakili seperangkat karakteristik manusia. Karenanya, ketika para astrolog menunjuk seseorang dengan sebuah tanda tertentu, misalnya Aries atau Pisces, maka sesungguhnya mereka sedang mengacu pada tanda matahari seseorang, yaitu tanda bahwa matahari berkuasa atas waktu kelahiran seseorang.

Jadi, horoskop adalah ilustrasi dari posisi matahari, bulan dan juga planet-planet dari posisi garis lintang dan garis bujur bumi pada suatu moment tertentu, yang dalam hal ini adalah moment kelahiran seseorang. Konstruksi horoskop ini didasarkan pada sistem Ptolemaic (berasal dari nama Ptolomeus atau Ptolemy, seorang ahli astrologi Mesir) yang di dalamnya bumi tidak berubah dan badan-badan langit bergerak mengelilinginya dalam pola yang tetap.

Para astrolog juga membagi langit ke dalam 12 (dua belas) bagian, yang tiap bagiannya diatur oleh sebuah tanda zona zodiak yang berbeda melalui matahari, bulan dan planet-planet yang bergerak dalam dua belas posisi yang tetap yang disebut rumah (home).

Dua belas bagian rumah tersebut menyusun periode 24 jam selama bumi melakukan rotasi pada porosnya. Tiap rumah tersebut berhadapan dengan wilayah kehidupan seseorang, seperti pertumbuhan, tingkat kesehatan, cinta dan pernikahan, pekerjaan, perjalanan, hingga kematian. Nah, dari situ kemudian para astrolog membuat prediksi-prediksi dengan cara menginterpretasikan posisi badan astronomis dalam tanda-tanda dan rumah-rumah horoskop.

Ketika tanda dan rumah partikular tersebut mulai terbentuk, maka karakteristik dari badan-badan langit yang telah dimodifikasi oleh hubungan yang geometris di antara mereka pun mulai dapat digunakan untuk meramalkan segala peristiwa dalam kehidupan seseorang yang memiliki horoskop atau zodiak yang telah digambarkan. Dari situ pulalah kemudian akan terlihat bagaimana sifat dan karakter serta kepribadian seseorang, berkaitan dengan zodiaknya.


 
;