Rabu, 19 Mei 2010

Mengapa Orang Menulis

Apa yang memotivasi orang untuk menulis?

Ada banyak alasan dan motivasi yang menggerakkan orang menulis. Di antara banyaknya alasan dan motivasi itu, ada tiga hal yang bisa dianggap sebagai penyebab atau motivasi terbesar. Pertama adalah uang, kedua adalah popularitas, dan ketiga karena memang ingin menulis.

Di luar hal itu tentu masih ada alasan atau motivasi lain hingga seseorang menulis—misalnya karena tuntutan pekerjaan atau upaya meningkatkan jenjang karir—tetapi ketiga alasan di atas itulah yang selama ini dianggap sebagai alasan terbesar dalam pikiran para penulis yang kemudian karya-karyanya diterbitkan. Kita akan mempelajarinya satu per satu.

Motivasi pertama, yakni karena uang. Ada cukup banyak penulis yang menulis dengan motivasi utama untuk mendapatkan uang. Lebih tepat lagi; untuk mendapatkan banyak uang. Tentu sah-sah saja kalau menulis dengan motivasi seperti itu, toh aktivitas menulis memang dapat dijadikan profesi yang memberikan penghasilan—setidaknya penghasilan tambahan. Penulis yang menulis dengan motivasi uang juga tidak selamanya karyanya tidak berkualitas. Uang hanyalah motivator dalam berkarya—berkualitas atau tidaknya sebuah karya tidak sepenuhnya bergantung pada motivatornya.

Motivasi kedua, yakni ingin terkenal, juga banyak menjadi alasan yang mendasari orang menulis. Menulis, khususnya menulis buku, adalah kerja dengan faktor kali. Kita hanya menulis satu kali, tetapi kemudian tulisan itu diterbitkan dalam bentuk buku dalam jumlah ribuan eksemplar.

Umpamakan saja buku karya kita diterbitkan sejumlah lima ribu eksemplar, dan semuanya habis, maka setidaknya ada lima ribu orang yang akan mengenal kita—minimal mengenal nama kita. Belum lagi kalau kemudian buku itu dicetak ulang, belum lagi kalau kita terus menerbitkan karya yang lain. Semakin banyak menulis, semakin sering buku kita diterbitkan, semakin banyak pula orang yang akan mengenal kita. Jika ada jalan untuk menjadi terkenal, menulis adalah salah satunya.

Kemudian motivasi ketiga, yakni karena memang ingin menulis. Orang yang menulis dengan motivasi ini biasanya tidak peduli apakah akan menghasilkan uang dari tulisannya atau tidak, tak peduli apakah namanya akan dikenal karena tulisannya atau tidak—dia hanya ingin menulis. Tak peduli akan ada penerbit yang mau menerbitkan karyanya atau tidak, tak peduli apakah ada orang yang membaca tulisannya atau tidak—dia akan terus menulis. Motivasi semacam ini biasanya keluar karena dorongan hati—sebuah keinginan yang tak bisa dilakukan dengan cara lain, sebuah hasrat yang hanya dapat tersalurkan dengan cara menulis.

Di antara ketiga motivasi di atas, manakah yang lebih baik? Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk—semuanya benar, dan sah. Orang bisa melakukan sebuah pekerjaan yang sama namun dengan motivasi berbeda, begitu pula halnya dengan menulis. Ketika kita memutuskan untuk menulis—atau menulis sesuatu—kita pun berhak untuk menggunakan motivasi apa saja, entah karena ingin mendapatkan uang, karena ingin memperoleh popularitas, ataupun karena semata-mata ingin menulis.

Lebih dari itu, ketika sebuah tulisan akhirnya diterbitkan atau dibaca orang lain, pada akhirnya yang menentukan bukan lagi motivasi penulisnya semata-mata, tetapi lebih pada kualitas tulisannya. Karenanya, silakan saja menulis dengan motivasi ingin banyak uang, atau karena ingin terkenal, atau karena apa pun—tetapi, yang lebih penting dari itu, menulislah dengan sepenuh kesungguhan, menulislah sebaik yang kita bisa. Apa motivasi kita tak pernah penting bagi pembaca, karena yang penting bagi pembaca adalah hasil dari karya kita.

Jadi, sudah siap untuk menulis…?

 
;