Setiap hari adalah hari baru, waktu baru, dan rasanya kita perlu menyaksikannya dengan pandangan yang juga baru. Terkadang kita perlu belajar kepada anak-anak kecil yang selalu bergairah ketika dihadapkan pada apapun. Anak-anak kecil selalu mampu tersenyum ketika mendapati kenyataan apapun, dan mereka begitu bergairah ketika diberi mainan apapun. Di mata seorang anak kecil, semua hal adalah baru bagi penglihatannya, dan mereka menjadi bahagia karena itu.
Barangkali hidup yang kita jalani ini sudah terasa menjenuhkan, semua telah kita lihat, kita dengar, dan kita saksikan. Semua yang ada dalam hidup kita telah kita pegang, kita raba dan kita miliki. Apabila hidup kita tidak mewujud dalam bentuk yang baru, kita selalu punya kemampuan untuk menyaksikannya dengan pandangan yang baru, bukan?
Rumah yang kita tempati mungkin tempat yang kemarin, kawan-kawan yang kita miliki adalah orang-orang yang kemarin. Semua aktivitas yang kita lakukan sekarang mungkin juga kegiatan kita yang kemarin. Semua barang yang ada di sekeliling kita juga mungkin benda-benda yang kemarin. Namun jangan lupa bahwa waktu ini, hari ini, saat ini, adalah waktu yang benar-benar baru, hari yang benar-benar baru, saat yang benar-benar baru. Kita tidak pernah mendapatkannya sebelumnya, dan baru sekaranglah kita menikmatinya. Bukankah itu sudah cukup menjadi alasan bahwa kita perlu bersyukur dan bahagia hari ini?
Setiap detik yang berjalan dalam hidup kita adalah detik yang baru, dan kita tak pernah mampu untuk kembali ke detik sebelumnya, sebagaimana kita pun tak pernah tahu apakah kita masih bisa bernapas setelah detik ini. Setiap detik adalah rahmat, setiap detak jantung adalah berkat, setiap denyut nadi adalah karunia, setiap hembusan napas adalah anugerah. Dan setiap kesempatan hidup yang diberikan, itu adalah pemberian agung yang tidak punya sedikit pun alasan untuk tidak disyukuri.
Maka marilah kita berbahagia hari ini, bahagia sepenuh-penuhnya dengan segala yang terjadi, bahagia sepenuh-penuhnya dengan kesadaran yang utuh bahwa hidup ini begitu indah.
Kesempatan hidup yang kita jalani ini bukanlah kesempatan yang tanpa batas. Ia adalah waktu yang diberikan dengan batas pasti kapan akan berakhir, hanya saja kita tak pernah diberitahu kapan akan berakhirnya. Sepanjang apapun waktu yang diberikan, hidup ini akan tetap saja terasa singkat, dan karenanya tidak ada alasan mengapa kita tidak bisa bahagia hari ini.
Ya, hidup ini singkat, benar-benar singkat. Kenyataan itu dilukiskan dengan amat indah dalam sebuah film klasik berjudul Dead Poets Society. Ini adalah film yang mengisahkan tentang kehidupan sekolah di Welton Academy, sebuah sekolah yang sangat kuat tradisinya.
Pada hari pertama masuk sekolah ini, Profesor Keating, guru Bahasa Inggris, mengajak murid-muridnya yang sebanyak dua puluh lima anak ke luar ruangan untuk melihat-lihat foto-foto hitam putih dari pemuda-pemudi yang sekolah di asrama itu lebih dari satu setengah abad sebelumnya.
“Kita ini hanya makanan cacing, Anak-anak,” kata sang Profesor kepada murid-muridnya sambil terus mengamati foto-foto di dinding itu. “Percaya atau tidak, kita semua, di ruangan ini, suatu hari nanti akan berhenti bernapas, membeku, dan mati. Coba, perhatikan baik-baik wajah-wajah dari masa lalu ini.”
Murid-muridnya pun menatap gambar-gambar itu dengan lebih penuh perhatian. Dan sang guru melanjutkan, “Mereka tidak ada bedanya dengan kalian, bukan? Tak terkalahkan, seperti yang kalian rasakan. Dunia ibarat kerang bagi mereka. Mereka percaya mereka ditakdirkan menjadi besar, seperti kebanyakan dari kalian. Mata mereka penuh harapan, sama seperti kalian. Apakah mereka kemudian mampu memperpanjang usia hidupnya meski hanya satu jam saja? Tidak, Anak-anak. Mereka ini sekarang telah menjadi tanah. Kalau kalian mau mendengar secara saksama, kalian bisa mendengar mereka membisikkan pesan warisan mereka kepada kalian. Silakan, dengarkan... Nah, dengar tidak?”
Anak-anak itu pun segera menempelkan telinga mereka ke bingkai-bingkai kaca foto-foto itu. Dan sambil menyaksikan murid-muridnya mencoba mendengarkan dengan serius, sang Profesor pun berbisik kepada mereka, “Car-pe. Car-pe. Carpe diem. Nikmatilah hari ini, Anak-anak. Jadikanlah hidup kalian luar biasa!”
Nikmatilah hari ini! Jadikanlah hidup kita luar biasa!