Selasa, 08 Maret 2011

Miskin, Bodoh, Kuper, tapi Sukses (3)



Honda bukan saja bekerja dengan keras dan tekun, tetapi ia juga kreatif. Pada zaman itu, jari-jari roda mobil terbuat dari kayu, dan tidak terlalu baik dalam meredam guncangan. Honda memiliki gagasan untuk menggantikan jari-jari itu dengan logam agar lebih kuat. Dan itulah yang kemudian dilakukannya. Pada usia 30 tahun, Honda menandatangani hak patennya yang pertama terhadap jari-jari roda yang terbuat dari logam. Ruji-ruji logam buatannya pun segera laku keras dan diekspor ke seluruh dunia.

Sedikit demi sedikit tumbuh pikiran dalam diri Honda untuk mulai melepaskan diri dari bosnya, dan mulai mendirikan perusahaan sendiri. Teman-temannya meminta agar ia mengurungkan niat gila itu, tetapi Honda tetap memilih untuk keluar dari pekerjaannya. Ia tetap berniat untuk memiliki perusahaan sendiri.

Apa spesialisasi yang akan diambilnya? Ia melihat ring piston akan memiliki prospek yang baik. Maka Honda pun nekat. Meski teman-temannya tidak terlalu mendukung gagasannya, Honda menanamkan seluruh tabungan yang dimilikinya dan membangun sebuah pabrik ring piston sendiri.

Tes produk pertamanya gagal. Ring buatannya terlalu lentur, dan tidak laku dijual. Honda ingat bagaimana reaksi teman-temannya yang mencibir kegagalannya dan menyalahkan tekadnya untuk membuka perusahaan sendiri. Karena tekanan itu dan karena kegagalan yang parah itu, Honda sampai jatuh sakit cukup serius. Tetapi karena tekadnya yang membaja, ia segera bangun kembali setelah dua bulan terkapar di atas tempat tidur, dan kembali membangun puing-puing impiannya.

Honda berpikir bagaimana caranya agar bisa memperoleh pengetahuan membuat ring piston yang baik, agar perusahaannya dapat berjalan. Ia mencoba menanyakan hal itu pada perusahaan lain yang memproduksi ring piston, namun mereka tutup mulut dan tak membukakan rahasianya. Untuk orang lain, mungkin mereka akan angkat tangan dan menyerah kalah, namun untuk Soichiro Honda, tidak!

Honda pun mengambil keputusan; ia akan mendaftar masuk kuliah dan mengambil jurusan mesin!

Maka begitulah; hidup baru dimulai. Setiap pagi, Honda berangkat ke kampusnya untuk kuliah, dan setelah itu ia bergegas kembali ke bengkelnya untuk mempraktikkan pengetahuan baru yang diterimanya. Selama dua tahun ia tekun kuliah dan mempelajari permesinan, namun sesudah itu ia dipecat dari universitasnya.

Masalahnya, Honda tidak mau mengikuti kuliah-kuliah lain selain yang berhubungan dengan pembuatan suku cadang! Untuk hal ini ia mengatakan, “Saya merasa bagaikan seorang yang tengah sekarat karena kelaparan, dan bukannya diberi makan, saya malah dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan segala pengaruhnya!”

Dia kecewa dengan pemecatan itu, dan mencoba menjelaskan kepada rektor universitasnya bahwa ia kuliah bukan untuk mencari ijazah melainkan untuk mencari pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap sebagai penghinaan!

Honda pun akhirnya benar-benar berhenti kuliah, dan kembali menghabiskan waktu di bengkelnya. Namun kali ini, ia telah menguasai pengetahuan yang dibutuhkannya. Pabriknya mulai bisa menghasilkan ring piston yang lebih baik. Ia telah bangkit. Perusahaannya mulai memperkuat posisi pasarnya, dan mulai dikenal sebagai penghasil barang yang baik dan berkualitas.

Tetapi kemudian Perang Dunia II meletus dan menghentikan semua kegiatan perusahaannya. Tepat pada bulan Juni 1945, bom yang dijatuhkan pesawat Amerika di Nagasaki dan Hiroshima menghancurleburkan pabrik-pabriknya. Impian besar yang telah dibangun Honda dengan susah-payah musnah dalam waktu sekejap!


 
;