Yang menakjubkan dari hidup ini, you know, adalah bahwa sekuat apapun kita mencoba mempelajari dan memahaminya, tetap saja hidup ini menawarkan kejutan-kejutan yang tak biasa. Hidup ini seperti novel panjang dengan plot atau jalan cerita yang tak terduga—dan kita terus saja takjub dengan segala isinya.
Kenyataan semacam itulah yang terjadi pada diri saya, kemarin malam, saat duduk sendirian di ruang tunggu salon menunggu giliran untuk potong rambut. Tak jauh dari tempat saya duduk, ada seorang ibu muda yang tampak menenangkan dua anaknya yang kira-kira berusia empat dan lima tahun. Ibu muda itu pasti juga sedang menunggu giliran, seperti saya.
Ketika tanpa sengaja muka kami bertemu, ibu muda itu seperti terpana melihat saya, dan dengan nada yang ramah serta suara yang takjub dia menyapa, “Hei…kamu pasti Hoeda…!”
Sambil salah tingkah saya mencoba mengingat-ingat wajah di depan saya ini, tetapi meski sudah memeras otak dan memori, tetap saja saya tak ingat siapa ibu muda yang ramah dan cantik ini. Apakah ini kawan kuliah saya dulu? Sepertinya bukan. Teman SMA? Sepertinya juga tidak. Kawan SMP? SD…? Uh, siapa ibu muda ini…???
Mungkin karena melihat muka saya yang bingung, ibu muda itu pun tersenyum memaklumi, dan berkata dengan nada yang masih ramah, “Aku Nadia, ingat…?”
Ya Tuhan, ini memalukan sekali. Saya tetap saja tidak ingat…!!! Nadia…? Nadia siapa…? Sekali lagi saya memeras otak dan menyaring memori, tetapi nama Nadia tetap saja tak mampu memunculkan seraut kenangan apapun.
“Uh, maafkan aku…” akhirnya saya menjawab dengan muka bersalah. “Aku nggak ingat…”
Untunglah, ibu muda bernama Nadia ini memiliki keramahan yang alami. Dia masih tetap tersenyum ramah dengan wajah memaklumi, dan kemudian berkata perlahan-lahan, “Aku adik Mbak Erni, teman SMA-mu dulu. Nah, ingat…?”
Meski masih samar-samar, sekarang saya ingat! Erni…ya, saya ingat nama itu, karena dulu saya pernah akrab dan dekat dengannya. Dan saya juga ingat kalau Erni punya adik bernama Nadia. Jadi…ini adik Erni yang dulu kecil dan imut-imut itu…??? Sepertinya tak bisa dipercaya. Oh, dunia yang aneh…!
Jadi, dulu sewaktu masih SMA, saya punya sohib bernama Erni. Karena akrab, saya pun sering main ke rumahnya, bahkan kemudian akrab pula dengan nyokapnya. Sewaktu sering main ke tempat Erni itulah saya kemudian tahu kalau Erni punya adik perempuan bernama Nadia—yang waktu itu masih kelas tiga SMP. Lulus dari SMA, saya dan Erni berpisah, dan makin lama kian jarang berhubungan karena kesibukan masing-masing. Kabar terakhir yang saya dengar, Erni telah menikah dengan orang Surabaya dan hidup di sana hingga sekarang. Dan sekarang…di salon ini, saya berjumpa kembali dengan Nadia, adik Erni, yang kini telah menjadi seorang ibu dengan dua orang anak!
Dear God, sudah berapa lamakah semua itu terjadi…? Sudah berapa tahunkah yang berjalan semenjak saya melihat Nadia yang dulu kecil imut itu…? Sudah berapa lamakah sejak terakhir kali saya menyaksikan adik dari teman saya yang dulu masih anak-anak itu…? Nadia, gadis kecil yang dulu masih anak-anak…sekarang telah memiliki anak-anak… Oh, dunia yang aneh...
Kami pun bercakap-cakap di sofa di salon itu, sambil Nadia sesekali menyahuti celoteh kedua anaknya. Dan sepanjang bercakap-cakap dengannya, saya tak lagi mendapati wajah polos gadis mungil yang dulu pernah saya lihat, saya tak lagi menyaksikan tampang imut seorang anak kecil yang dulu pernah saya kenal. Yang saya lihat sekarang di wajah Nadia adalah wajah seorang ibu—matang, dewasa, dan bijaksana.
Jadi ke manakah tahun-tahun yang hilang itu…? Ke manakah waktu-waktu yang berlalu itu? Dan yang terpenting di atas semuanya itu, di manakah diri saya saat waktu-waktu berjalan dan tahun-tahun berlalu…? Setiap hari, saat bercukur di depan cermin setelah mencuci muka, saya mendapati wajah saya yang tak berubah—seolah tak pernah berubah. Saya masih memiliki gurat keremajaan yang dulu saya miliki, yang selalu saya miliki, tetapi ternyata waktu-waktu berjalan, dan tahun-tahun tak pernah berhenti. Jadi di manakah saya di antara tahun-tahun itu, di antara waktu-waktu itu…?
Apakah dunia saya berhenti berputar, sementara dunia orang lain terus berjalan? Apakah saya tetap saja masih anak-anak, sementara orang lain tumbuh dewasa dan menua? Apakah jam biologis saya berhenti di sini, sementara orang-orang lain semakin keriput untuk kemudian mati…? Oh, dunia yang aneh…
Nadia yang dulu saya lihat masih anak-anak, sekarang telah menjadi ibu yang telah memiliki anak-anak—jelas saja saya tidak mengenal wajahnya! Sementara dia tetap mengenali saya, bahkan sejak pertama kali melihat muka saya, padahal sudah bertahun-tahun lamanya kami tak pernah berjumpa—mengapa…???
Jawabannya berputar-putar di sekeliling kepala saya, bercampur bersama angka dan kata-kata, berbaur dengan keheningan nada yang hanya dapat saya dengarkan sambil memejamkan mata.
Oh, dunia yang aneh…
…ataukah saya yang aneh…?