Senin, 08 Maret 2010

Jangan Jongkok di Closet Duduk



Ini masih lanjutan dari posting sebelumnya—soal obrolan closet di meja makan. Ternyata, obrolan sialan yang telah membuat saya kelaparan karena tak bisa makan itu telah melahirkan pemikiran baru dalam benak saya. Masih tentang closet, tetapi dalam perspektif yang berbeda. Hoho, ternyata closet pun mampu melahirkan perspektif!

Di antara obrolan “bocah-bocah pecinta closet” yang saya dengar di kafe itu, salah seorang cewek dari mereka berkata dengan penuh penghayatan, “Kalau aku sih ya…rasanya gimana gitu, kalau pakai closet duduk. Kayanya risih deh. Enakan closet jongkok. Jadi, ya…aku tetap aja jongkok meski pakai closet duduk…”

Pemikiran atau tindakan semacam itu—berjongkok di closet duduk—mungkin bukan hal baru, karena bisa jadi hal semacam itu dilakukan oleh banyak orang di mana saja. Orang-orang yang tidak—atau belum—terbiasa dengan closet duduk memang biasanya merasa risih jika harus menggunakan closet duduk. (Oh sialan, kenapa saya harus membahas ini…???).

Trust me, saya sebenarnya merasa risih dan tidak nyaman menuliskan hal ini, tetapi saya merasa perlu menuliskannya, karena ini menyangkut keselamatan bangsa dan peradaban umat manusia. Oke, ini serius. Berjongkok di closet duduk bukan hanya menyalahi kebudayaan manusia, tetapi itu juga mengancam keselamatan pelakunya. Bagaimana bisa…???

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus membuka lembar sejarah—khususnya sejarah pembuatan closet.

Look, closet jongkok dibuat dengan menggunakan adukan semen dan pasir yang dicampur dengan kerikil—ini serius! Karena bahan pembuatannya seperti itu, maka closet jongkok pun memiliki bodi yang sangat kuat. Selain itu, penempatan closet jongkok biasanya ditanam dalam lantai, dan hanya menyisakan bagian atas untuk pijakan kaki. Dengan kontur penempatan semacam itu, closet jongkok pun menjadi sangat kokoh sehingga mampu menerima beban berat orang yang berjongkok di atasnya.

Nah, closet duduk berbeda seratus delapan puluh derajat! Closet duduk dibuat dengan menggunakan porselen. Sekuat apapun, bodi closet duduk tidak sekuat closet jongkok. Lebih dari itu, penempatan closet duduk juga tidak sekokoh closet jongkok—karena memang fungsinya untuk diduduki. Karenanya, dengan kondisi dan keadaan semacam itu, sungguh sangat riskan sekaligus mengkhawatirkan kalau kau berjongkok di atas closet duduk. Mengapa? Karena closet duduk dibuat dengan asumsi bahwa orang akan mendudukinya! Closet duduk tidak dibuat untuk menahan atau menopang berat tubuh orang yang berjongkok di atasnya!

Mengapa ini riskan dan mengkhawatirkan? Karena sekuat apapun, closet duduk tetap tidak dimaksudkan untuk jongkok—itulah mengapa ia dibuat dengan menggunakan porselen. (Berat badan orang yang jongkok lebih dari tiga kali berat badan orang yang duduk). Karenanya, apabila kualitas pembuatan closet duduk itu tidak baik, maka bisa jadi closet itu akan terbelah akibat tak kuat menahan berat badan orang yang berjongkok di atasnya.

Sekali lagi, ini serius—meski saya tetap tak habis pikir mengapa saya sampai menulis soal ini. Beberapa tahun yang lalu, saya pernah menemukan foto-foto mengerikan menyangkut soal ini di suatu web asing. Ceritanya, seorang cewek—mungkin sekitar 30-an tahun—menggunakan closet duduk di suatu toilet umum. Mungkin karena tidak terbiasa menggunakan closet duduk, cewek itu pun berjongkok di atasnya. Apa yang terjadi? Closet itu retak dan terbelah!

Tetapi kisahnya tidak selesai sampai di situ. Ketika closet itu terbelah, cewek itu tentu sangat terkejut dan tidak sempat menyelamatkan diri. Akibatnya, kedua kakinya tertarik oleh bengkahan closet itu, dan ujung-ujung tajam retakan closet itu mengiris kedua pahanya hingga hampir terpotong! Seingat saya, foto-foto mengerikan itu sekarang diposting di salah satu halaman situs indonesia.indonesia.com—kau bisa mengunjungi situs itu kalau ingin menyaksikannya.

Jadi, menyangkut closet ini, sebaiknya ingat-ingatlah tiga hal penting ini: Pertama, jangan membicarakan topik soal closet di meja makan. Kedua, jangan membicarakan topik soal closet jika kau melihat ada orang lain yang akan atau sedang makan. Dan ketiga, jangan berjongkok di closet duduk. Kalau memang belum terbiasa menggunakan closet duduk dan merasa risih, sebaiknya gunakan kertas dan lapisi bagian dudukannya dengan kertas itu sebelum diduduki—itu jauh lebih aman daripada maksa berjongkok di closet duduk.

Well, rupanya bocah-bocah di kafe itu benar, bahwa pembicaraan soal closet memang penting karena menyangkut nasib bangsa ini—bahkan mungkin lebih penting dan lebih ilmiah daripada pembicaraan tak jelas para politikus soal kasus Bank Century. Mungkin…


 
;