Minggu, 28 Maret 2010

Hei Cewek-cewek, Plis Dong, Ah…!



Ketika seorang cowok yang tidak kau kenal mengulurkan tangan dengan sopan kepadamu dan ingin mengajakmu berkenalan…hei, apa yang kau lakukan? Cowok yang ingin berkenalan denganmu belum tentu karena dia jatuh cinta kepadamu, atau ingin menjadikanmu sebagai pacar atau pasangannya—jadi apa salahnya menerima perkenalannya? Bisa saja cowok itu tertarik ingin berkenalan denganmu karena kau mirip dengan sahabatnya di SMP dulu, atau karena kau mengingatkannya pada sesuatu yang menyenangkan untuk dikenang. Jadi, plis dong, seberapa beratnya sih menyambut uluran tangan yang sopan dari seseorang…?

Ketika seorang cowok menulis email untukmu, atau berkirim SMS ke nomor ponselmu, dan kata-kata yang ditulisnya begitu sopan…hei, apa yang kau lakukan? Cowok yang berkirim email atau kirim SMS kepadamu belum tentu karena dia naksir kepadamu atau tergila-gila kepadamu—jadi apa salahnya membalas email atau SMS itu dengan sama sopannya? Kalau kau begitu giat dan rajin mengumpulkan kawan di Friendster atau di Facebook, apa bedanya dengan kawan baru di inbox email atau di SMS? Jadi, plis dong, seberapa beratnya sih menulis kata-kata yang baik dan sopan untuk membahagiakan hati seseorang…?

Ketika seorang cowok sepertinya mendekatimu, atau ingin akrab denganmu, dan pendekatannya begitu sopan sekaligus tidak norak apalagi vulgar…hei, apa yang kau lakukan? Cowok yang ingin dekat denganmu belum tentu karena dia jatuh cinta kepadamu. Cowok yang ingin akrab denganmu belum tentu karena dia tergila-gila karena pesonamu. Ada sejuta alasan yang menggerakkan seorang cowok hingga ia ingin dekat dan akrab dengan seorang cewek—dan alasannya tidak selamanya cinta apalagi karena tergila-gila. Jadi, plis dong, tak perlu buru-buru ge-er atau menjauh. Apa salahnya sih akrab dan dekat dengan seseorang…?

Ketika seorang cowok memposting tulisan berjudul “Hei Cewek-cewek, Plis Dong, Ah…!” di blognya, dan kau kemudian membacanya…hei, apa yang kau pikirkan? Jangan salah sangka. Posting ini bukan curhat nelangsa dari seorang cowok yang kesulitan berkenalan dengan cewek—meski kadang-kadang juga begitu. Catatan ini terpaksa diposting di sini karena terlalu banyak cowok yang bertanya-tanya dengan bingung tentang mengapa banyak cewek harus sok jual mahal untuk sesuatu yang seharusnya tidak dijual? Keindahan, kecantikan dan kebaikan hati adalah keMURAHan hati—dan bukan keMAHALan hati. Jadi, plis dong, kenapa sih harus melekatkan label harga pada sesuatu yang seharusnya tak ternilai harganya…?

Ketika seorang cowok ingin berkenalan, ingin akrab, bahkan ingin dekat dengan seorang cewek, tidak selamanya alasannya didasari oleh cinta atau keinginan menjadikan pasangan. Ada kalanya mereka membawa alasan yang lebih luhur dan lebih agung…yang hanya dapat kau ketahui jika kau telah dekat dengannya. Interaksi antara cowok dan cewek tidak selamanya dilandasi oleh perasaan cinta semata-mata—atau tetek-bengek soal pacar dan pasangan semata-mata. Hubungan antar manusia tidak selalu dilandasi karena rasa ingin memiliki, terkadang dilandasi oleh keinginan luhur karena ingin memberi. Jadi, plis dong, kenapa tidak mulai dari sekarang kita semua belajar saling memahami…?

Trust me, kecantikanmu tidak akan berkurang hanya karena sedikit kebaikan hati yang kau berikan. Keindahanmu tak akan berkurang hanya karena kau menyambut uluran tangan seseorang. Bahkan kemanusiaanmu tidak akan berkurang hanya karena kau memberikan keramahan dan kehangatan kemanusiaan. Manusia tidak dinilai dari siapa dan seperti apa dirinya semata-mata—manusia lebih dinilai karena apa yang dilakukannya.

Demi Tuhan dan demi para malaikat yang suci, saya menulis kata-kata ini bukan karena ingin merayumu, atau karena ingin berkenalan denganmu, atau karena ingin dekat dan akrab denganmu, apalagi ingin jadi pacarmu—saya menuliskan kata-kata ini karena saya telah menunggu selama bertahun-tahun, menunggu seseorang menuliskan kata-kata ini. Tetapi hingga bertahun-tahun lamanya saya menunggu, tak pernah ada seorang pun yang menuliskannya—jadi saya pun sekarang menuliskannya. Saya menulis kata-kata ini tanpa pretensi selain hanya karena kehendak hati. Kau bisa mempercayai ini.


 
;