Senin, 08 Maret 2010

Karunia Hari Ini

Masa lampau, masa kini,
dan masa depan sesungguhnya satu: Hari ini.

Ada ungkapan bijak yang menyatakan, “Setiap hari merupakan kehidupan baru bagi orang bijaksana”.

Tidak setiap orang dapat menganggap setiap hari adalah kehidupan baru, hingga orang yang bisa memahaminya sampai disebut bijaksana. Satu hal yang begitu tragis tentang hal ini adalah bahwa kita semua cenderung menolak hidup ini. Kita memimpikan taman bunga ajaib di balik cakrawala, padahal kita seharusnya dapat menikmati taman indah di luar jendela rumah kita.

Hari ini merupakan harta milik kita yang paling berharga. Hari ini merupakan satu-satunya harta yang benar-benar milik kita. Berpuluh-puluh tahun yang lalu, Dante menulis, “Ingatlah bahwa hari ini fajar tidak akan menyingsing lagi.” Sedangkan Horacius, filsuf Yunani, menulis hal yang sama, tiga puluh tahun sebelum Masehi. Inilah yang ditulisnya, “Berbahagialah orang, dan berbahagialah dia sendiri, dia yang dapat menyatakan hari ini miliknya, dia yang dapat menyelamatkan diri dengan berkata, ‘Biarlah hari esok jadi hari yang paling buruk, sebab aku telah hidup pada hari ini’.”

Pada detik ini, kita semua berada pada titik pertemuan antara dua waktu yang terentang; masa lampau yang panjang sekali, dan masa depan yang terus bergerak detik demi detik. Kita tidak mungkin dapat hidup di kedua waktu yang panjang tersebut secara sekaligus. Sungguh tidak mungkin. Dan kalau kita nekad untuk mencobanya, itu sama artinya kita menghancurkan diri kita sendiri, baik jiwa maupun raga. Karena itu, hendaknya kita bergembira hidup dalam satu saat yang memungkinkan bagi kita untuk hidup, yakni dari saat sekarang sampai saat kita hendak tidur nanti malam.

Robert Louis Stevenson menuliskan tentang hal itu dengan baik saat ia menyatakan, “Bagaimana pun juga beratnya, tiap-tiap orang pasti mampu memikul bebannya sendiri sampai malam tiba. Bagaimana pun juga beratnya, setiap orang dapat mengerjakan tugasnya untuk satu hari. Setiap orang dapat hidup dengan nikmat, sabar, menyenangkan, serta murni hingga matahari terbenam. Dan inilah sebenarnya arti dari hidup itu semua.”

Saat bangun tidur di pagi hari, pernahkah kita bertanya-tanya atau merenungkan mengapa Tuhan masih mempersilakan kita untuk hidup hari ini? Padahal, saat kita tengah terlelap dalam tidur, Tuhan bisa dengan begitu gampang mengutus malaikat-Nya untuk mencabut nyawa kita dan hidup kita pun selesai sampai di situ, tanpa kita pernah bangun kembali.

Tuhan memberikan kita hari ini karena Dia tahu kita bisa melakukan sesuatu yang baik, sesuatu yang terbaik untuk hari ini!

Setiap hari baru adalah waktu yang baru, peluang yang baru, anugerah yang baru, kehidupan yang baru. Jadikan hari ini sebagai hari yang terbaik di mana kita mengeluarkan sesuatu yang terbaik dari diri kita agar Tuhan tersenyum karena hari yang telah diberikan-Nya tidak hilang percuma.

Masa lalu telah berlalu, masa depan mungkin masih menunggu—namun kita tak pernah tahu. Satu-satunya waktu yang bisa kita saksikan, rasakan, nikmati dan syukuri adalah hari ini. Kau tentu tahu apa yang terbaik untuk mengisi hari ini.

 
;